Parlemen Inggris Ribut Tersundut Huawei

Seorang teknisi EE, operator seluler anak usaha Bhutan Group Inggris, mengecek peralatan Huawei di London, Inggris, pada 15 Maret 2019 dengan latar belakang Gereja Katedral Santo Paulus yang hanya berjarak sekitar empat kilometer ke Gedung Parlemen Inggris. | Foto: VCG

London, Cyberthreat.id – Apa yang sama dari Huawei dan Covid-19? Sama-sama dari China dan—ini setidaknya bagi negara-negara Barat—berisiko tinggi!

Jauh sebelum wabah penyakit corona baru (Covid-19) dari Wuhan, China merebak hingga Amerika Serikat, Inggris, dan daratan Eropa, Huawei adalah “virus” yang perlu ditangkal agar tak masuk ke negara-negara Barat.

Adalah AS yang mendengungkan seruan untuk menolak peranti 5G Huawei. AS melobi sekutu dekatnya yang tergabung dalam aliansi berbagi informasi intelijen, Five Eyes, seperti Inggris, Australia, Selandia Baru, dan Kanada. Hanya, Australia dan Selandia Baru yang mendukung, sedangkan Kanada belum juga memberi keputusan soal Huawei hingga kini.

Inggris, sekutu tuanya di Benua Eropa, memilih bertolak belakang dengan AS. Ini membuat AS geram. Pekan lalu, sejumlah Senator AS berkirim surat ke parlemen Inggris yang inti pesannya ialah agar mendorong pemerintah Inggris mengkaji lagi soal Huawei dalam proyek pengembangan jaringan 5G.


Berita Terkait:


Selasa (10 Maret 2020), menjadi kegaduhan pertama di Parlemen Inggris atau House of Commons. Ini pukulan baru bagi Perdana Menteri Boris Johnson karena kegaduhan itu datang dari partainya sendiri: Partai Konservatif.

Sejumlah angggota senior Tory, begitu julukan partai itu, menolak Huawei. Mereka meminta Huawei yang berisiko tinggi dikeluarkan secepatnya dari vendor yang mengembangkan jaringan 5G Inggris pada akhir Desember 2022.

Anggota senior Tory yang menyuarakan itu, di antaranya David Davis, Ian Duncan Smith, Liam Fox, Damian Green, Esther McVey, Owen Paterson, dan John Redwood. Atau, sedikitnya 36 anggota parlemen Tory dalam posisi menentang Boris Johnson.

Mereka yang menentang Boris Johnson bermaksud mengamandemen RUU Infrastruktur Telekomunikasi—di sinilah jalan untuk mempersulit Huawei masuk ke Inggris menyangkut batasan waktu hingga akhir 2022. Namun, kegaduhan usulan amandemen di parlemen itu masih dimenangkan oleh anggota yang mendukung Johnson dengan 306 suara melawan 282 suara.

Margin kemenangan yang tipis itu ialah “tembakan peringatan” ke Downing Street, kantor sang perdana menteri. Sebab, pemerintahan Boris Johnson masih harus membuat undang-undang untuk mengimplementasikan batasan 35 persen bagi vendor 5G yang berisiko tinggi. Huawei masuk dalam kategori vendor tersebut dan hanya boleh mengembangkan jaringan 5G di pinggiran.

Huawei adalah raksasa telekomunikasi China yang cukup menguasai pasar jaringan nirkabel di dunia. Hanya ada tiga pemain yang menguasai pasar dunia dalam pengembangan jaringan 5G, yaitu Huawei, Nokia, dan Ericsson. Huawei cukup besar menguasai pasar-pasar AS, bahkan hingga daerah-daerah pinggiran. Peralatan Huawei selama ini terkenal lebih murah dan mudah diaplikasikan.


Berita Terkait:


Kemarin, Departemen Perdagangan AS baru saja memperpanjang lisensi bagi Huawei untuk bisa berbisnis dengan operator jaringan nirkabel di wilayah pedesaan. Lisensi berlaku hingga 15 Mei 2020. Ini memungkinkan pelanggan di pedesaan AS masih memakai jaringan nirkabel yang dikembangkan Huawei.

AS sejak tahun lalu menuding peralatan jaringan 5G Huawei memiliki”pintu belakang” (backdoor) yang bisa dimanfaatkan intelijen China. Huawei menyangkal berkali-kali bahwa tudingan itu tidak mendasar. Bahkan, Huawei meminta agar AS segera membuktikan dan membuka ke publik alat sadap apa yang ada di Huawei. “Biar dunia tahu,” kata Senior Vice President and Global Cyber Security Officer Huawei Technologies Ltd, John Suffolk, pertengahan Februari lalu.

Menyikapi kegaduhan dari parlemen, Reuters melaporkan, pemerintahan Boris Johnson, melalui Menteri Digital Inggris Oliver Dowden mencoba “menenangkan” dengan mengatakan akan berupaya meningkatkan pasokan peralatan 5G sehingga operator tak perlu lagi memakai Huawei. Namun, tawaran ide itu jelas-jelas ditolak karena yang diinginkan oleh mereka adalah Huawei keluar dari Inggris sesuai waktu yang ditentukan.


Berita Terkait:


Anggota Tory Duncan Smith mengatakan, dirinya bersedia mempertimbangkan tanggal alternatif untuk mencapai kesepakatan dengan para menteri kabinet. Terpenting, Huawei keluar dari Inggris. “Kita perlu tahu bahwa ini adalah niat pemerintah untuk membersihkan diri dari vendor berisiko tinggi, seperti Huawei,” kata dia seperti dikutip dari The Guardian.

"Saya selalu fleksibel pada tanggal tersebut dan berkomitmen untuk memberantas keterlibatan vendor berisiko tinggi dari seluruh sistem kita," ia menambahkan.

Menteri Dowden mengatakan, tidak bisa memberikan jadwal kepastian bahwa Huawei lenyap dari pengembangan 5G di masa depan.

“Kita hari ini tidak dalam posisi untuk menetapkan tanggal atau jadwal tertentu untuk mencari vendor tidak berisiko tinggi, yang akan dibutuhkan untuk keputusan baru yang diambil oleh Dewan Keamanan Nasional,” kata Dowden di depan parlemen.

Dowden juga mengatakan, pemerintah tidak ingin vendor berisiko tinggi memiliki peran apa pun, tetapi di pasar yang didominasi oleh tiga pemain, Huawei, Ericsson, dan Nokia; bahkan beberapa operator jaringan mengandalkan Huawei.

"Kami ingin sampai pada titik di mana kami tidak perlu lagi memiliki vendor berisiko tinggi sama sekali," Dowden menegaskan.


Berita Terkait:


Tanggapan Huawei

Wakil Presiden Huawei Victor Zhang mengatakan, sejauh ini perusahaan telah "diyakinkan" dengan keputusan pemerintah Inggris pada Januari lalu. Huawei akan menawarkan infrastruktur telekomunikasi yang lebih maju, lebih aman dan lebih hemat biaya.

Zhang justru menantang para pihak yang menuding Huawei selama ini. Jika Huawei memang berisiko tinggi, "Hal ini diperlukan pendekatan berbasis bukti. Jadi, kami kecewa mendengar beberapa tuduhan yang tidak berdasar," kata dia.

"Industri dan para ahli sepakat bahwa pelarangan peralatan Huawei akan membuat Inggris kurang aman, kurang produktif, dan kurang inovatif,” Zhang menambahkan.

Mike Rake, mantan Chairman Bhutan Group—perusahaan telekomunikasi dan penyedia broadband asal Inggris—mengatakan, Huawei memiliki peran vital dalam membangun jaringan 5G yang dibutuhkan Inggris.

"Setiap upaya untuk membatasi lebih jauh peralatan Huawei 5G, atau menghapus peralatan 4G yang ada, tidak hanya akan menimbulkan biaya yang sangat signifikan, tetapi juga merugikan hubungan perdagangan dengan China,” kata Mike Rake, kini sebagai penasihat Huawei.

Pernyataan Mike Rate secara tidak langsung mengaitkan posisi Inggris yang sedang menjalin negosiasi perdagangan baru dengan negara lain di dunia setelah meninggalkan Uni Eropa.

Kegaduhan Parlemen Inggris menjadi “tontonan politik” jarak jauh yang menarik bagi AS. Donald Trump barangkali sedang menggosok tangannya dengan gembira—jika bukan dengan sabun, mengingat wabah corona juga mengkahwatirkan Paman Sam.[]