Reda Isu Spionase 5G, Huawei Bangun Pabrik di Prancis
Paris, Cyberthreat.id – Huawei Technologies Ltd akan membangun pabrik di Prancis terlepas dari keputusan pemerintah setempat tentang apakah akan menggunakan peralatannya dalam jaringan 5G atau tidak.
Pekan lalu, produsen peralatan telekomunikasi terbesar asal China itu mengatakan, rencana itu sebagai salah satu cara untuk meredakan kekhawatiran di seluruh dunia tentang Huawei yang dipakai untuk alat spionase intelijen China.
Perusahaan yang berbasis di Shenzhen itu berkali-kali menyangkal bahwa peralatannya memiliki risiko keamanan seperti yang dituduhkan oleh AS.
Eropa telah menjadi medan pertempuran baru, bahkan badan cybersecurity Prancis turut menyaring peralatan 5G, termasuk dari Huawei, untuk ditempatkan di jaringannya.
"Pabrik itu akan dibangun di Prancis, apa pun keputusan pemerintah Prancis, karena itu adalah bagian dari strategi kami," kata Wakil Kepala Eksekutif Huawei Prancis Minggang Zhang kepada Reuters, Rabu (4 Maret 2020).
Berita Terkait
- Soal Huawei, Giliran Senator AS Kini Merayu Inggris
- Beda dengan Inggris, Australia Tolak 5G Huawei
- Ini Alasan Perdana Menteri Inggris Tak Larang Huawei
- Ini Respons Negara-negara Barat tentang Huawei
- Huawei Diterima di Uni Eropa, Pukulan Telak Buat AS
- Kanada, Anggota Five Eyes Terakhir yang Belum Putuskan Huawei
- Penasihat Trump Sebut Huawei Punya Backdoor di Jaringan 5G
Huawei mengatakan akan menghabiskan 200 juta euro (US$ 223 juta) pada tahap pertama pendirian pabrik tersebut. Namun, perusahaan enggan membeberkan di mana lokasi pembangunan pabrik.
Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire mengatakan, pembangunan pabrik Huawei tidak akan mempengaruhi sikap pemerintah terhadap tiga produsen peralatan 5G utama.
Di atas kertas, Huawei dan dua rival Eropa-nya, Nokia dan Ericsson diizinkan untuk melakukan bisnis di Perancis. Namun, kalangan yang dekat dengan industri telekomunikasi Prancis justru khawatir Huawei akan dilarang meski tidak ada larangan resmi.
“Posisi yang diambil pada 5G sangat jelas. Kami tidak akan mendiskriminasi perusahaan mana pun, baik China maupun Amerika. Kami hanya menjaga keamanan dan kepentingan strategis kami,” tutur Le Maire.[]