Pekan Lalu: Hoaks Virus Corona hingga Medan Perang AI

Foto: PolitiFact

Jakarta, Cyberthreat.id – Sepanjang pekan lalu, berita tentang virus corona masih menjadi pilihan pembaca Cyberthreat.id, terutama dalam kaitannya dengan sebaran hoaks bahkan kampanye serangan malware. Selain itu, ada perkembangan terbaru tentang Huawei yang diterima di Eropa. Ini merupakan kabar baik bagi raksasa telekomunikasi China tersebut di tengah serangan penolakan dari Amerika Serikat dan sekutunya.

Berikut sejumlah berita yang mewarnai pekan lalu dan masih layak untuk dinikmati kembali:

Virus Corona

Banyak klaim informasi dibagikan warganet Facebook, Twitter, dan lainnya dengan berbagai konspirasi, termasuk konspirasi bagaimana Bill Gates dan yayasannya di balik virus corona tersebut.

Baca:

Honeypot dan Serangan di Pabrik Pintar Palsu

Peneliti Trend Micro membuat simulasi sistem pabrik pintar (smart factory) palsu dengan memasang Honeypot. Mereka mengerjakannya secara profesional mulai dari pabrik, sistem, karyawan, hingga situs web yang benar-benar ada. "Pada waktu bersamaan kami mengamati dan mempelajari serangan para aktor jahat tersebut tanpa halangan sama sekali," tulis peneliti Trend Micro dilansir ThreatPost, Jumat (24 Januari 2020).

Rui Pinto, Hacker Football Leaks Asal Portugal

Rui Pinto dikenal sebagai hacker Football Leaks. Pinto yang menghabiskan waktu selama tiga tahun, bekerja di bawah nama sandi “John”, mendapatkan 70 juta dokumen dan 3,4 terabita (TB) informasi rahasia tentang klub-klub sepakbola besar dan pejabat klub.

Rekaman Asisten Cortana Rentan Bocor

Masalahnya, seperti halnya asisten suara lainnya, Anda harus waspada terhadap “pengintaian perusahaan”. Sebab, pada Agustus 2019, Motherboard, media teknologi satu grup dengan Vice, menemukan, pihak ketiga yang bekerja sama dengan Microsoft mendengarkan rekaman perintah suara Cortana.

Kata Sandi Hacker JS-Sniffers Asal Indonesia

Penangkapan tiga tersangka pelaku pencurian data kartu kredit di Jakarta dan Yogyakarta baru-baru ini menyisakan pertanyaan tentang bagaimana mereka terlacak. Sebab, saat menjalankan aksinya mereka menggunakan VPN untuk menyamarkan lokasinya.  Publikasi dari Sanguine Security menyebutkan, kemungkinan mereka terlacak lantaran setiap berhasil mengkloning data dari toko online memunculkan kode dalam bahasa Indonesia bertulisan: "success gan!"  Gan, adalah istilah sapaan akrab di forum-forum internet Indonesia seperti Kaskus.

Komentar Kominfo Soal Rekaman Audio Grab

Ada dua komentar yang berbeda di pejabat Kementerian Komunikasi dan Informatika ketika ditanya soal fitur "rekaman audio keselamatan" yang diuji coba oleh GrabCar. Plt Kepala Biro Humas Ferdinandus Setu menilai Grab harus menambah mekanisme persetujuan di aplikasi pengguna, sedangkan Dirjen Aptika Semuel Abrijani Pangerapan menilai rekaman audi justru melanggar privasi penumpan dan mitra pengemudi.

Baca:

Huawei Diterima di Eropa, Pukulan untuk AS

Akhirnya Uni Eropa memberikan jalan bagi Huawei Technologies untuk mengembangkan bisnis jaringan teknologi generasi kelima (5G). Uni Eropa, Rabu (29 Januari 2020), mengumumkan petunjuk keamanan dalam pengembangan jaringan nirkabel 5G. Dalam petunjuk tersebut, Uni Eropa tidak menyatakan adanya larangan terhadap Huawei untuk membangun jaringan 5G.

Antivirus Masih Aktif di Windows 7

Mayoritas produsen perangkat lunak antivirus besar berencana tetap melanjutkan dukungan produk mereka pada Windows 7 meski pembaruan sistem operasi tersebut dihentikan.

Cara Hapus Jejak Online di Google

Google mengumpulkan sejumlah besar informasi pribadi tentang penggunanya, bahkan mungkin lebih dari yang Anda sadari. Google mengawasi setiap pencarian yang Anda lakukan. Namun, jangan khawatir, Anda masih dapat melindungi data diri Anda agar tidak terlihat secara publik. Anda bisa menghapus catatan aktivitas online Anda, kok!

Fitur Penghapus Data di Facebook

Facebook mengumumkan telah meluncurkan  sebuah fitur baru yang memungkinkan pengguna, untuk melihat dan menghapus data yang dikumpulkan oleh pihak ketiga. Fitur baru tersebut diklaim sebagai bagian dari upaya peningkatan praktik privasi, yang memungkinkan pengguna untuk melihat dan menghapus aktivitas Facebook yang digunakan oleh pihak ketiga dengan tujuan periklanan.

8 Hal yang Dipertanyakan di Draf RUU PDP

Draf RUU ini masih kebingungan untuk menentukan data mana yang dilindungi. Apakah itu data spesifik atau data umum. Selain itu, draf ini banyak mengadopsi atau mencontek dari General Data Protection Regulation (GDPR) milik Uni Eropa, kata Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi, kepada Cyberthreat.id, Selasa (28 Januari 2020).

Ancaman Hukuman Pakai Data Pribadi Orang Lain

Setiap orang yang menggunakan data pribadi yang bukan miliknya dipidana dengan hukuman penjara paling lama 7 tahun atau denda maksimal Rp 70 miliar. Demikian dalam draf RUU Perlindungan Data Pribadi yang diusulkan pemerintah ke DPR untuk dibahas bersama. Namun, ancaman ini bisa berubah lagi tergantung hasil rapat bersama DPR.

Avast Jual Jejak Online Pengguna

Investigasi bersama oleh Motherboard dan PCMag mengungkapkan bagaimana Avast, pemilik AVG antivirus, melacak informasi terperinci tentang apa yang dilakukan banyak penggunanya secara online, tanpa sepengetahuan orang yang dilacak. Data yang dipanen lalu dijual ke perusahaan produsen dan industri periklanan.

Baca:

BRTI dan Operator Seluler Soal SIM Swapping

Menurut Komisioner BRTI bidang Hukum, I Ketut Prihadi Kresna Murti, dalam pertemuan dengan para operator, wacana penggunaan data biometrik untuk proses verifikasi penggantian kartu seluler butuh waktu untuk mempersiapkannya. Pertemuan itu, menurut Ketut, lebih fokus membahas mengenai prosedur operasional standar (SOP) dalam penggantian kartu seluler (simcard) di tiap-tiap operator seluler.

Tantangan ke Depan Teknologi AI Versus AI

Direktur Direktorat Cyber ​​Nasional Israel (INCD) Yigal Unna menyebut kecerdasan buatan (AI) adalah “medan perang” baru yang akan dihadapi Israel dalam beberapa waktu ke depan. Pekerjaan beratnya adalah AI melawan AI.[]