AS dan Sekutunya Akan Menguji 5G Milik Sendiri
Munich, Cyberthreat.id – Sekretaris Pertahanan Amerika Serikat, Mark Esper, mengatakan, pemerintah AS saat ini telah bekerja sama dengan sejumlah perusahaan teknologi baik di AS maupun negara-negara sekutu untuk mengembangkan alternatif sendiri untuk jaringan generasi kelima (5G).
AS sengaja melakukan itu untuk tidak bergantung kepada teknologi 5G yang dikembangkan China. Menurut Esper, kerja sama pengembangan alternatif itu akan diuji di pangkalan militer AS.
"Kami mendorong perusahaan teknologi sekutu dan AS untuk mengembangkan solusi alternatif 5G dan kami bekerja bersama dengan mereka untuk menguji teknologi ini di pangkalan militer kami," kata Esper pada Konferensi Keamanan Munich, seperti diberitakan Reuters, Sabtu (16 Februari 2020).
Menurut Esper, mengembangkan jaringan 5G sendiri akan lebih besar keuntungannnya.
Berita Terkait:
- Huawei kepada AS: Terbitkan Alat Sadap Kami, Biar Dunia Tahu
- Menohok! Contohkan Huawei, WhatsApp Tolak Permintaan Amerika
- Telus Corp Kanada Putuskan Pakai Perangkat 5G Huawei
- Kanada, Anggota Five Eyes Terakhir yang Belum Putuskan Huawei
- Penasihat Trump Sebut Huawei Punya Backdoor di Jaringan 5G
Sebelumnya, Penasihat Keamanan Nasional AS, Robert C. O’Brien, membuat pernyataan yang menggemparkan publik.
Ia menyebut bahwa perusahaan teknologi China, Huawei Technologies Ltd, diam-diam memiliki kemampuan mengambil informasi sensitif di jaringan nirkabel generasi berikutnya (5G) dan sistem lain yang dibangun dan dipeliharanya di seluruh dunia.
O’Brien mengatakan, hal itu di depan forum Dewan Atlantik. “Komentar Robert C. O’Brien adalah salah satu tudingan paling tajam terhadap perusahaan China di rezim Donald Trump,” tulis The New York Times, Selasa (11 Februari 2020).
Apalagi pernyataan tersebut muncul di saat, “Amerika Serikat terkejut dengan keputusan Inggris yang mengizinkan Huawei membangun dari proyek jaringan generasi kelima (5G),” NYT menambahkan.
Menurut NYT, pejabat intelijen AS telah lama mengatakan secara pribadi bahwa Huawei memiliki apa yang disebut pintu belakang (backdoor) yang memungkinkan perusahaan tersebut untuk mendapatkan data yang mengalir pada jaringan yang dibangunnya.
Namun, di depan umum, para pejabat hanya berbicara tentang potensi yang dapat diberikan Huawei kepada pejabat intelijen China dengan segala jenis data, tanpa menawarkan bukti nyata.
Sementara, O'Brien mengatakan, AS memiliki bukti bahwa Huawei dapat "mengakses informasi pribadi dan sensitif" dalam sistem yang dipeliharanya di seluruh dunia.
"Ini mengkhawatirkan karena perusahaan China, secara hukum, harus mematuhi arahan Partai Komunis China," kata O'Brien.
Berita Terkait:
- Beda dengan Inggris, Australia Tolak 5G Huawei
- Ini Alasan Perdana Menteri Inggris Tak Larang Huawei
- Ini Respons Negara-negara Barat tentang Huawei
- Huawei Diterima di Uni Eropa, Pukulan Telak Buat AS
- Peneliti Rusia Rilis Backdoor di Chip HiSilicon Milik Huawei
Selang beberapa hari, Senior Vice President and Global Cyber Security Officer Huawei Technologies Ltd, John Suffolk, mengatakan, dirinya tak pernah mengetahui adanya operator seluler yang memberikan akses ke peralatan yang dipakai untuk menyadap panggilan.
Pernyataan itu sekaligus membantah komentar pejabat AS yang diwawancarai oleh Wall Street Journal pekan lalu. Sumber WSJ tersebut menyebutkan, Huawei secara diam-diam mengakses komunikasi dengan “peralatan yang secara hukum wajib dipasang” dan memungkinkan diakses oleh penegak hukum China.
Namun, berkali-kali Huawei membantah soal tudingan bahwa perusahaan memiliki hubungan dengan intelijen China.
“Kami tidak memiliki akses ke peralatan (sadap) tersebut, kami tidak tahu panggilan atau informasi apa yang disadap, kami tidak tahu kapan disadap,"John Suffolk mengatakan kepada wartawan seperti dikutip dari Reuters, Jumat (14 Februari 2020).
Suffolk mengatakan Huawei tidak membuat peralatan yang digunakan operator jaringan untuk mencegat komunikasi. Ia mengatakan, pemerintah AS tidak memiliki bukti apa pun untuk mendukung tuduhannya.
“Jangan sembunyikan buktinya, ayo jangan malu-malu. Terbitkan, biarkan dunia melihatnya,” kata Suffolk.
"Saya tidak mengetahui ada operator yang mengatakan kepada Huawei: 'Datang dan duduk di ruangan ini dan lihat apa yang terjadi'," katanya.
"Jika saya mengetahui bahwa staf kami terlibat dengan hal-hal seperti itu, maka kami akan mengambil tindakan yang tepat untuk itu."[]