Menohok! Contohkan Huawei, WhatsApp Tolak Permintaan Amerika

Ilustrasi WhatsApp

Cyberthreat.id - Sikap pemerintah Amerika Serikat yang menolak teknologi Huawei dengan tudingan perusahaan teknologi China itu memata-matai pengguna lewat akses pintu belakang (backdoors) di perangkat telekomunikasinya, digunakan sebagai 'senjata' oleh WhatsApp untuk menolak permintaan pemerintah Amerika yang menginginkan adanya backdoor di WhatsApp.

Media Business Insider menyebut sikap pemerintah AS itu seperti "telah menembak dirinya sendiri dalam upaya membuat perusahaan teknologi memberi akses ke pesan dan perangkat terenkripsi."

Seperti dilaporkan The Wall Street Journal awal pekan ini, pejabat AS menuduh Huawei memata-matai pengguna lewat akses pintu belakang yang dimaksudkan untuk bisa diakses oleh penegak hukum. Huawei sendiri telah berkali-kali membantah tudingan itu.

Di sisi lain, pemerintah Amerika diketahui telah meminta Facebook selaku induk perusahaan WhatsApp agar dapat memberikan akses backdoor di aplikasi WhatsApp yang dikunci dengan enkripsi.

Terkait permintaan itu, dalam wawancara dengan Wall Street Journal pada Rabu (12 Februari 2020) lalu, Kepala WhatsApp Will Cathcart memberi penekanan bahwa WhatsApp berencana memegang kendali terhadap tekanan pemerintah AS untuk memberi akses ke pesan terenkripsi WhatsApp untuk alasan penegakan hukum.

Seorang juru bicara WhatsApp secara khusus mengarahkan ke kasus Huawei sebagai contoh mengapa WhatsApp tidak seharusnya mengabulkan keinginan pemerintah. Disebutkan, backdoors menimbulkan risiko keamanan yang luas bahkan jika hanya dimaksudkan untuk digunakan oleh penegak hukum. Sebab, itu sama saja dengaan membiarkan WhatsApp dieksploitasi oleh aktor jahat lainnya.

Pernyataan WhatsApp itu bertepatan dengan pengumuman yang menyebutkan bahwa aplikasi perpesananan itu telah digunakan oleh 2 miliar orang di seluruh dunia. Dalam pernyataan yang dimuat di blog WhatsApp disebutkan bahwa perusahaan berkomitmen untuk menjaga privasi penggunanya.

“Kami menyadari bahwa semakin banyak pengguna yang terhubung, semakin banyak pula yang harus kami lindungi. Seiring dengan semakin banyaknya aspek kehidupan yang dilakukan secara online, melindungi pembicaraan pengguna menjadi lebih penting dari sebelumnya,” tulis WhatsApp.

WhatsApp mengatakan, bahwa enkripsi yang kuat menjadi kebutuhan di dunia modern. Perusahaan mengatakan, tidak akan berkompromi dalam hal keamanan karena ini akan membuat pengguna menjadi kurang aman.

“Untuk memberikan perlindungan yang lebih baik lagi, kami bekerja sama dengan pakar keamanan terkemuka, menggunakan teknologi terdepan untuk menghentikan penyalahgunaan serta memberikan kendali dan cara untuk melaporkan masalah, tanpa mengorbankan privasi,” tutur perusahaan.

Pakar privasi juga khawatir backdoor dapat digunakan sebagai alat untuk pengawasan massal oleh rezim otoriter.

"Kekhawatiran pemerintah AS tentang kemungkinan pintu belakang di jaringan yang dibangun oleh Huawei hanya menggarisbawahi mengapa pemerintah tidak dapat menuntut agar perusahaan teknologi yang berbasis di AS menciptakan pintu belakang untuk lembaga penegak hukum domestik," kata Andrew Crocker, pengacara senior di kelompok hak digital Electronic Frontier Foundation kepada Business Insider.

"Jika dipenuhi, mekanisme ini dapat dikooptasi oleh pemerintah di seluruh dunia," tambah Andrew.

Facebook bukan satu-satunya perusahaan teknologi yang menangkis tuntutan untuk memmbuka pesan terenkripsi. Apple juga berselisih dengan pemerintah pada 2015 ketika FBI menuntutnya membantu agensi membobol iPhone penembak. Apple menolak, dan akhirnya FBI membawa kasus itu ke pengadilan setelah mengatakan telah menemukan pihak ketiga yang mampu membantu FBI membuka telepon.

Bulan lalu, FBI membuat permintaan serupa yang lagi-lagi ditolak Apple. Karena penolakan itu, Presiden Donald Trump sempat menyerang iPhone di Twitter.[]