China Panggil Alibaba, Tencent dkk Bahas Teknologi Deepfake yang Dipakai di Platform
Cyberthreat.id – Regulator dunia maya China memanggil 11 perusahaan teknologi setempat, seperti Alibaba Group, Tencent Holdings, dan ByteDance membahas pemakaian teknologi deepfake yang dipakai di platform mereka.
Dalam pernyataannya pada Kamis (18 Maret 2021), dikutip dari Reuters, regulator dunia maya China dan Kementerian Keamanan Publik membahas tentang “penilaian keamanan” dan potensi masalah dari teknologi deepfake dan aplikasi sosial audio yang sedang populer.
Baca:
- Viral Aplikasi MyHeritage Bisa Hidupkan Orang Meninggal, Bagaimana Keamanannya
- Terungkap, Pembuat Video Tom Cruise Palsu yang Bikin Heboh di TikTok
- Microsoft Luncurkan Dua Alat Lawan Deepfake
- Pembuat Video Porno ‘Deepfake’ Selebritas Jepang Ditangkap
Selain ketiga perusahaan tersebut, hadir pula dalam pertemuan itu Kuaishou Technology dan Xiaomi Corp. Sayangnya, semua perusahaan tak mau memberikan komentar terkait pertemuan itu.
Perlu diketahui, deepfake adalah teknologi berbasis kecerdasan buatan yang dipakai untuk membuat video atau audio palsu; seolah-olah menciptakan realitas, tapi sebetulnya percakapan dalam video/audio itu sama sekali tidak pernah terjadi.
Regulator juga mengatakan kepada perusahaan untuk "melakukan penilaian keamanan sendiri" dan menyerahkan laporan kepada pemerintah ketika mereka berencana untuk menambah fungsi baru atau layanan informasi baru yang "memiliki kemampuan untuk memobilisasi masyarakat", demikian pernyataan mereka.
Sementara, terkait dengan aplikasi sosial audio, China tampaknya sedang mengawasi perkembangan tren pengguna sejak aplikasi audio Clubhouse diblokir di negara tersebut awal Februari lalu.
Baca:
- Setelah Dialog Sensitif, Aplikasi Clubhouse Pun Padam di Negeri China
- Induk TikTok dan Xiaomi Dikabarkan Bikin Aplikasi Mirip ClubHouse
China memblokir Clubhouse di wilayahnya lantaran sebuah room dipakai pengguna untuk membahas isu sensitif, salah satunya tentang kamp penahanan Xinjiang dan kemerdekaan Hong Kong.
Pemblokiran itu membuat pengembang aplikasi lokal China berlomba-lomba menghidupkan aplikasi serupa demi menangkap minat pengguna yang begitu banyak.
Induk perusahaan TikTok, ByteDance, adalah salah satu yang menangkap peluang itu dengan mengeluarkan aplikasi serupa Clubhouse. Lalu, ada aplikasi Feichuan dari Kuaishou Technology dan MiTalk yang dihidupkan kembali oleh Xiaomi.[]