Setelah Dialog Sensitif, Aplikasi Clubhouse Pun Padam di Negeri China

@clubhouse

Cyberthreat.id – Diskusi dalam ruang aplikasi audio Clubhouse berlangsung hangat. Pengguna yang menjadi peserta dialog berasal dari China daratan, Taiwan, Hong Kong, dan diaspora Uighur membahas topik yang sering disensor di China, tanpa harus menggunakan virtual privat network (VPN) untuk melewati kontrol internet.

Laman Reuters.com menuliskan, peserta dialog membahas beragam topik termasuk kamp penahanan Xinjiang, kemerdekaan Taiwan, dan Undang-Undang Keamanan Nasional Hong Kong yang biasanya dengan cepat disensor di media sosial Tiongkok. “Diskusi tersebut menarik peserta seperti seniman Tiongkok dan pembangkang Ai Weiwei, yang sekarang tinggal di Barat.”

Mengingat kontrol ketat China pada diskusi online, banyak pengguna mengatakan itu hanya masalah waktu sampai diblokir. "Saya langsung tahu bahwa Clubhouse akan ditutup, dan begitulah adanya," kata seorang pengguna pada hari Senin. Maka bukan peristiwa yang mengejutkan ketika layar cuma dapat terkembang sebentar. Pada Senin malam itu juga, China memblokir aplikasi Clubhouse. Maka mengakhiri dialog terbuka tersebut. Tinggalah mereka yang mulai ketakutan akan pengawasan intensif terhadap gerak-geriknya.

Situs web aktivis anti-sensor GreatFire.org mengatakan di Twitter pada Senin malam bahwa aplikasi telah diblokir untuk pengguna di China, Waktu Beijing (1100 GMT). “Clubhouse dan Cyberspace Administration of China belum menanggapi permintaan komentar,” tulis Reuters.com.

Beberapa pengguna berduka atas berakhirnya jendela singkat kebebasan berekspresi, sementara yang lain menyuarakan keprihatinan atas privasi pengguna dan kemungkinan pihak berwenang mendengarkan diskusi.

“Saya menyarankan semua orang untuk tidak menggunakan foto asli Anda sebagai gambar profil Anda, dan tidak menautkan akun Clubhouse Anda ke Twitter Anda,” kata salah satu pengguna. Yang lain menyarankan orang untuk tidak membahas VPN mana yang sekarang mereka gunakan untuk mengakses aplikasi.

Situs media sosial asing seperti Twitter dan Facebook diblokir di China dan hanya dapat diakses menggunakan VPN. “Sekarang setelah Clubhouse diblokir, kita kembali ke dunia internet paralel,” Yaqiu Wang, seorang peneliti di Human Rights Watch, mengatakan di situs web organisasi tersebut.

Banyak ketidaksepakatan muncul dari diskusi, katanya. “Tetapi orang-orang di Clubhouse tampaknya benar-benar mencoba dan menempatkan diri mereka pada posisi orang lain. Sungguh luar biasa melihat internet yang menyatukan tempat penutur bahasa Mandarin dari seluruh dunia berkomunikasi satu sama lain dalam satu ruang online bersama."[]