Perkuat Sekuriti, Zoom Minta Bantuan Eks Keamanan Facebook

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menggunakan aplikasi Zoom dalam rapat kabinetnya selama wabah Covid-19 melanda Inggris. | Foto: 10 Downing Street

Cyberthreat.id – Zoom Video Communication Inc., perusahaan di balik aplikasi telekonferensi video Zoom, menggandeng Alex Stamos, mantan kepala keamanan platform Facebook sebagai konsultan keamanan.

Tawaran kepada Alex Stamos itu datang langsung dari sang bos Zoom, Eric Yuan. Ini bermula dari Alex yang membuat serangkaian cuitan di akun Twitter-nya pada akhir Maret lalu.

Dalam salah satu cuitannya, ia mengatakan, Zoom harus lebih transparan dan segera merilis rencana keamanan 30 hari.

“Setelah tweet tentang Zoom pekan lalu, saya mendapat telepon dari CEO @ericsyuan, dan kami mengobrol banyak. Senang mengatakan bahwa saya akan membantu Zoom saat mereka membangun program keamanan mereka,” kata Alex di Twitter-nya, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (8 April 2020).

Menurut Alex, dalam sambungan telepon itu mereka membicarakan tentang tantangan signifikan perusahaan baik soal keamanan maupun pertumbuhan pengguna.


Berita Terkait:


“Dia mengajukan pertanyaan terperinci dan penuh pertimbangan tentang pengalaman saya bekerja di perusahaan yang menghadapi krisis ekstrem,” tutur Alex di blog pribadinya di Medium, Rabu.

“Dan, saya terkesan dengan visinya yang jelas untuk Zoom sebagai platform tepercaya dan kesediaannya untuk mengambil tindakan agresif...”

Lalu, “Dia bertanya apakah saya akan tertarik membantu Zoom mengembangkan kemampuan keamanan, privasi, dan keselamatannya sebagai konsultan luar, dan saya langsung setuju,” tutur Alex.

Alex menegaskan, dirinya tidak menjabat apa pun di Zoom, bahkan berstatus sebagai karyawan pun tidak. Dia masih tercatat sebagai pengajar di Stanford University.

Sebagai platform yang sedang naik daun di masa-masa wabah Covid-19, karena orang-orang lebih banyak bekerja dari rumah, Zoom mendapati kritik bertubi-tubi menyangkut masalah keamanan dan privasi.

Reaksi global bermunculan terkait kelemahan keamanan dan privasi Zoom.

Reaksi terbaru datang dari Google. Raksasa teknologi itu tak mengizinkan karyawannya menginstal aplikasi Zoom di laptop kerjanya dan tak memakainya mulai pekan ini. Namun, karyawannya masih diperbolehkan memakai Zoom dengan berbasis browser web atau melalui ponsel pintar.


Berita Terkait:


Pemerintah Taiwan dan Jerman juga telah membatasi penggunaan Zoom, sedangkan SpaceX milik Elon Musk telah melarang aplikasi itu dipakai karyawannya karena masalah keamanan. Tak hanya itu, Zoom juga menghadapi gugatan class action di California, AS.

Keluhan lain juga disampaikan pejabat di Berkeley High School di California karena ada “pengebom” di pertemuan virtual mereka. Perusuh online ini muncul di pertemuan daring dalam kondisi telanjang dan memaki-maki dengan kata-kata rasia. Anehnya, rapat-rapat daring itu padahal telah diproteksi kata sandi, menurut Reuters. Insiden tersebut akrab dikenal dengan istilah “zoombombing”.

Seorang juru bicara distrik sekolah Berkeley mengatakan, ada kemungkinan kata sandi telah dibagikan sehingga perusuh tersebut bisa masuk ke ruang pertemuan.


Berita Terkait:


Untuk mengatasi masalah keamanannya, Zoom telah memulai rencana 90 hari ke depan dan telah membentuk Dewan Kepala Petugas Keamanan Informasi (CISO) , terdiri atas kepala petugas keamanan informasi HSBC, NTT Data , Procore dan Ellie Mae. Tugas mereka membahas tentang masalah privasi, keamanan, dan teknologi.

Zoom juga telah membentuk dewan untuk memberi nasihat kepada Eric tentang masalah privasi. Anggota awal termasuk eksekutif dari VMware, Netflix, Uber, dan Electronic Arts.

Zoom kini tengah bersaing dengan aplikasi Microsoft Teams dan WebEx Cisco sejak pengguna hariannya melonjak menjadi 200 juta dari 10 juta pada Maret lalu.[]

Redaktur: Andi Nugroho