Mengapa Ilham Bintang Aktifkan Lagi Kartu SIM yang Dibajak?

Seorang petugas Indosat memfoto Ilham Bintang sambil memegang KTP | Foto: Facebook/Ilham Bintang

Cyberthreat.id - Wartawan senior yang juga pengusaha media, Ilham Bintang, memutuskan mengaktifkan lagi nomor ponsel dari provider Indosat yang sempat dibajak orang tak dikenal pada awal Januari lalu.

Dalam sebuah unggahan di Facebook yang diatur untuk terlihat oleh publik, Ilham Bintang menyebut keputusan itu sempat diprotes oleh istrinya. Namun, Ilham menyebut ada 4 alasan mengapa dirinya perlu mengaktifkan lagi nomor Indosat miliknya yang sempat diblokir Indosat setelah dibajak orang lain.

Pertama, kata Ilham, 6 bulan setelah diblokir dan tidak diaktifkan, nomor itu otomatis kembali menjadi milik Indosat dan dapat dijual ke orang lain. Artinya nomor itu akan jatuh ke tangan lain orang. Padahal Ilham telah memakainya sejak 1994.

Kedua, setelah 26 tahun dipakai, nomor itu telah diketahui secara luas oleh relasi, sahabat dan keluarnya.

Ketiga, jika jatuh ke tangan orang lain, nomor itu bisa saja digunakan oleh pemilik barunya untuk aksi penipuan seperti yang marak terjadi. Misalnya, pemilik baru bisa menggunakan nomor itu dan foto profil Ilham dan mengaku-ngaku sebagai Ilham. Dalam kasus penipuan begitu, kata Ilham, negara belum hadir.

Keempat, beberapa transaksi di produk Apple dan icloud yang digunakan, masih menggunakan data nomor Indosat itu.

Berdasarkan empat alasan itu, kata Ilham, dirinya mengontak direksi Indosat dan mengirimkan petugas ke rumahnya untuk proses pengaktifan kembali nomor lama itu pada Minggu sore, 26 Januari lalu.

Menurut Ilham, saat proses verifikasi data, ada hal baru yang dilakukan petugas Indosat: memfoto dirinya sambil memegang KTP.

"Mereka memotret saya sambil memegang KTP. Sebagai penutupnya. Itulah salah satu tambahan prosedur menyusul kejadian pembobolan simcard saya di gerai Indosat Bintaro Xchange pada Jumat (3/1) malam. Kasus itu sekarang ditangani pihak berwajib," kata Ilham.

Proses pengaktifan kembali nomor lama itu, kata Ilham, memakan waktu hingga 45 menit. Data KTP aslinya dicocokkan dengan yang tercatat di database Indosat. Lalu, petugas mengecek tiga nomor telpon yang sering dihubungi, mengecek pembayaran terakhir serta jumlahnya. Kemudian menandatangani formulir.

"Ini berbanding terbalik dengan proses pelaku yang mengambil Simcard saya di gerai Indosat Bintaro Xchange. Dia cuma butuh waktu 3 menit (7 menit termasuk waktu mulai datang, antre, dan pulang)," katanya.

Menurut Ilham, seminggu setelah kasus pembajakan kartu SIM Indosat miliknya heboh di media masssa, banyak temannya yang mengatakan butuh waktu lebih lama dari biasanya saat berurusan dengan verifikasi data di provider telekomunikasi. Bahkan, jika kartu SIM hilang, kini harus dilengkapi dengan laporan kehilangan dari polisi.

"Sebagian kawan menyebutnya sebagai ketidaknyamanan. Tapi saya mengingatkan, kalau mau aman sering kali kita memang harus mengorbankan kenyamanan. Kenyamanan dan kemudahan selama ini telah dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan. Pilih mana, mau serba cepat, instan tapi tak aman, atau agak lambat tapi ada jaminan selamat?," kata Ilham.

"Dengan perbaikan itu Insya Allah peristiwa kelabu yang saya alami akan menjadi monumen yang pada waktunya nanti indah untuk dikenang," tambah Ilham.

Meski merasa dilayani dengan baik oleh Indosat, Ilham mengatakan proses hukum atas pembajakan kartu SIM-nya tetap
berjalan. Seperti diketahui, setelah kartu SIM-nya dibajak orang lain, Ilham kehilangan uang dari rekening banknya senilai ratusan juta. Itu terjadi lantaran bank mengirim pasword sekali pakai (OTP) untuk akses layanan mobile bank ke nomor telepon selulernya.

Itu sebabnya, Ilham melaporkan Indosat dan Bank Commonwealth yang disebutnya 'memfasilitasi' pembobolan rekeningnya. Bank Commonwealth sendiri mengatakan pihak bank sudah menjalankan prosedur yang benar meski mengaku prihatin atas kasus yang menimpa Ilham Bintang (Baca: Commonwealth Buka Suara Soal SIM Swapping Ilham Bintang).

"Doakan gugatan itu terkabul, dan sekaligus menjadikan peristiwa ini sebagai momentum berubahnya seluruh pemangku industri telekomunikasi dan perbankan untuk mendahulukan perlindungan data pribadi dan keselamatan seluruh pelanggan dan nasabah," ujar Ilham.

Seperti diberitakan sebelumnya,  seorang penipu berhasil mengambil alih nomor ponsel (SIM swap) milik wartawan senior Ilham Bintang setelah mengelabui petugas Indosat di gerai Bintaro Jaya Xchange, Tangerang Selatan pada 3 Januari 2020 lalu. Ilhamm sendiri saat itu sedang di luar negeri. (Baca: Cerita Ilham Bintang: SIMCard Dibajak, Rekening Bank Dikuras )

Kepada cyberthreat.id, seorang petugas yang ditemui di gerai itu mengakui ada prosedur SOP yang tidak dilakukan oleh rekannya saat melayani orang yang mengaku-ngaku sebagai Ilham Bintang. Si petugas tidak memfoto wajah orangnya, juga tidak memfotokopi KTP-nya. (Baca: Ini Kesalahan CS Indosat Soal Kasus Kartu SIM Ilham Bintang).

Manajemen Indosat juga telah mengakui adanya kelalaian dalam proses verifikasi data milik Ilham Bintang.(Baca: Indosat Akui Ada Kesalahan di Kasus Ilham Bintang)

Karena kasus itu, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) mengumpulkan sejumlah provider telekomunikasi dan mulai mewacanakan penggunaan data biometrik untuk proses verifikasi data yang dinilai lebih aman. (Baca: Sikapi SIM Swapping, BRTI Akan Terapkan Verifikasi Biometrik)

Usai pertemuan yang berlangsung pada 28 Januari lalu itu, Komisioner BRTI bidang Hukum, I Ketut Prihadi Kresna Murti, mengatakan, pertemuan itu membahas mengenai prosedur operasional standar (SOP) dalam penggantian kartu seluler (simcard) di tiap-tiap operator seluler. (Baca: Ini Saran BRTI Usai Kumpulkan Operator Bahas SIM Swapping)

Ketut mengklaim operator-operator seluler telah memiliki SOP yang cukup baik. Hanya, perlu diimbangi dengan penerapan dan pengawasan yang baik pada internal masing-masing operator seluler.

"Prinsip kehati-hatian dan mengenal pelanggan Anda (Know Your Customer) harus selalu diterapkan, begitu juga dengan syarat-syarat yang mesti dipenuhi dalam penggantian simcard," tutur Ketut.

Ada pun tentang wacana penggunaan data biometrik, Ketut mengatakan,"diskusinya masih panjang, banyak hal yang harus disiapkan.”[]