Indosat Ooredoo-Tri Merger, Rudiantara Jadi Komisaris Independen
Cyberthreat.id – Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (2014-2019) Rudiantara ditunjuk sebagai komisaris independen di Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), perusahaan merger antara Indosat Ooredoo dan Hutchison Tri Indonesia.
Rudiantara ditetapkan sebagai komisaris pada 28 Desember 2021 melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
Keputusan itu membuat dirinya kembali lagi ke “rumah lama”-nya. Ia sebelum menjadi menteri pernah bekerja selama 10 tahun di Indosat.
Lelaki asal Bogor tersebut memang sudah sangat dalam berkecimpung di dunia telekomunikasi. Ia juga pernah bergabung di operator XL Axiata dan Telkom serta aktif di Asosiasi Telepon Seluler Indonesia.
Berbicara kepada detikINET, Rudiantara tak mengetahui alasan pasti mengapa dirinya dipilih sebagai komisaris independen, karena itu keputusan langsung dari pemegang saham.
Ia menyebut dirinya selama dua tahun terakhir, sejak lepas dari menteri, sebagai sosok “gardening leave”—istilah untuk pekerja yang berhenti bekerja, lalu mengejar pada hobi, seperti berkebun. Padahal, kata dia, di Inggris, gardening leave itu hanya enam bulan berjalan.
“Saya sudah dua tahun, apalagi dinamika teknologi itu luar biasa. Saya harus belajar lagi, saya harus kejar ketertinggalan,” katanya. Masuknya dia di jajaran komisaris, kata dia, juga tak ada konflik kepentingan apa pun.
Ia menyebut mergernya Indosat-Tri akan mempengaruhi penggunaan frekuensi radio, sehingga cakupannya bisa jauh lebih luas. “Konsolidasi sesuai realistis, lebih efisien…lihat saja, perusahaan konsolidasi, pemakaian towernya dalam jangka pendek berkurang,” katanya.
Di sisi lain, bisnis teknologi informasi dan komunikasi, bergantung pada infrastruktur telekomunikasi. Keberadaan infrastruktur ini sangat menopang bisnis digital yang sekarang sedang melonjak, seperti e-commerce, health tech, edutech, dan lain-lain.
Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi, mengatakan, posisi Rudiantara sebagai komisaris independen ialah opsi yang tepat. Ia melihat penunjukan itu bukan persoalan “balas budi” dari operator telekomunikasi.
“Saya meyakini bahwa Chief RA (panggilan akrab Rudiantara) diangkat karena profesionalitas dan kapabilitasnya yang tidak perlu diragukan. Apalagi beliau sedikit banyak tahu bagaimana strategi operator telekomunikasi lain yang menjadi kompetitor IOH,” ujar Heru kepada Cyberthreat.id, Rabu (5 Januari).
Namun, kata dia, IOH tak boleh bersandar pada hadirnya Rudiantara. Karena kemajuan sebuah perusahaan telekomunikasi tetap bergantung pada kinerja manajemen dan pegawai keseluruhan, “Tidak bisa didasarkan pada faktor seorang tokoh,” ujarnya.
“Seperti sepakbola, walau ada seorang bintang, kalau timnya berantakan maka tidak akan sukses juga karena kan ini kerja tim,” Heru menambahkan.
Menyangkut dengan mergernya Indosat-Tri, Heru berharap ada kinerja yang berlipat ganda pada kualitas layanan telekomunikasi. Selain itu, merger ini juga diharapkan dapat mendukung pemerataan akses internet di Indonesia.
“Konsumen yang jelas jangan sampai menjadi pihak yang dirugikan dari merger ini, mereka harus bisa mendapatkan layanan yang lebih berkualitas,” tutur Heru.
Sementara, Ardi Sutedja dari Indonesia Cyber Security Forum, memandang, Chief RA bisa memberikan arah yang tepat bagi pertumbuhan industri telekomunikasi nasional.
“Saya melihat ada beberapa manfaat yang terjadi dari dampak merger tersebut, pertama, persaingan antar operator akan semakin hidup tidak seperti yang terjadi sekarang ini. Kedua, pelanggan akan dapat memiliki pilihan yang lebih baik sehingga akan terjadi persaingan yang sehat di dalam layanan dan produk telekomunikasi,” kata dia.
Dan, “Ketiga, akan terjadi budaya dan profesionalisme baru di bidang layanan telco sebagai dampak dari terjadinya transformasi digital yang saat ini akan terjadi di hampir segala bidang.”
Namun, ia juga mengingatkan bahwa ke depan inovasi layanan dan produk akan ditentukan oleh bagaimana inovasi itu murah di mata konsumen. Kenapa? Karena ke depan konsumen bakal bergantung pada layanan dan produk operator seiring berkembangnya industri konten digital.[]
Redaktur: Andi Nugroho