Coding Bee Mencetak Talenta Coding Sejak Dini

Seorang siswa didampingi gurunya sedang belajar pengenalan materi coding di Coding Bee Academy di Jakarta. | Foto: Arsip Coding Bee Academy

Jakarta, Cyberthreat.id – Sekolah-sekolah coding atau bahasa pemrograman bermunculan di Jakarta dan sekitarnya. Salah satu sekolah coding untuk anak-anak usia 5-17 tahun, yaitu Coding Bee Academy.

Co-Founder Coding Bee Academy, Eko Haripin, mengatakan, Coding Bee Academy didirikan karena melihat “kondisi pendidikan di Indonesia tidak banyak berubah” dalam 20 tahun terakhir, padahal zaman mengalami perubahan.

"Kurikulum mungkin direvisi, tetapi mata pelajaran masih sama," ujar Eko saat berbincang dengan Cyberthreat.id di Jakarta, Jumat (6 Maret 2020).

Jika masih dengan kondisi tersebut, Eko khawatir apakah pendidikan sekarang cukup untuk mempersiapkan anak-anak di masa depan. Ia pun berinisiatif membangun sekolah coding anak-anak untuk menghadapi tantangan masa depan.

Di Coding Bee Academy, anak-anak belajar mengenai ilmu komputer, kemampuan coding, dan STEM (science, technology, engineering, and mathematics) yang didesain lebih menyenangkan dan mudah dipahami.


Berita Terkait:


Program-program yang ada sengaja dirancang aplikatif dan praktis sehingga para siswa dapat langsung berkarya untuk membuat perangkat lunak dan aplikasi sesuai keinginan masing-masing.

Banyak siswa di Coding Bee Academy masih berada di tingkat sekolah dasar. Namun, mereka telah mendapatkan materi selevel SMP atau SMA. “Mereka mampu mempelajari pemograman dengan sangat cepat,” ujar Eko.

Materi-materi yang diajarkan, seperti visual language, text-based language, dan web-development. Anak-anak dikenalkan dengan beragam bahasa pemrograman visual hingga berbasis teks seperti Python, Java, Javascript, dan lain-lain.

Tak hanya itu, untuk mempelajari coding, menurut Eko, sama halnya mempelajari bahasa. Semakin banyak latihan, siswa akan semakin mahir. Secara garis besar, hampir semua siswa di Coding Bee berhasil membuat software atau aplikasi dalam waktu sebulan.

Menurut Eko, coding dapat dipelajari mulai anak-anak hingga orang dewasa. Mengajari coding kepada anak-anak ternyata lebih sulit ketimbang orang dewasa. Ini lantaran materi coding bersifat abstrak dan perlu disesuaikan dengan tingkat kematangan kognitif anak.

Ia mencontohkan di level usia 5 tahun, anak-anak belum memiliki pemikiran abstrak yang matang dan kemampuan membaca dengan lancar. Untuk kelompok ini, bahasa pemrograman yang dipelajari ditampilkan secara menarik dalam bentuk simbol dan visual.

Sementara, level usia SMP dan SMA, mereka dapat mempelajari bahasa pemrograman secara tertulis, seperti Java, Python, dan lain-lain.

"Kompleksitas software dari hasil karya siswa juga disesuaikan dengan tingkat kematangan mereka. Walaupun demikian, pembelajaran tetap dibuat seru dan menarik supaya siswa semakin semangat belajar," ujar Eko.

Oleh karenanya, Eko sangat setuju jika pelajaran coding diadopsi ke dalam kurikulum pendidikan. “Coding adalah salah satu ilmu paling relevan yang dapat dipelajari oleh anak-anak masa ini sejak usia dini. Bahkan, di beberapa negara lain, coding sudah mulai diajarkan di sekolah sebagai kurikulum inti,” ujar Eko.

Dari hasil riset dan pengalaman, Eko mengatakan, anak-anak sudah dapat belajar coding di umur lima tahun. “Hampir semua anak kami yang berada di usia tersebut dapat membuat hasil yang nyata, seperti software, game, dan animasi," ujar Eko.[]

Redaktur: Andi Nugroho