Pendiri WikiLeaks Ditawari Bebas oleh Trump, Asalkan...

Pendiri WikiLeaks, Julian Assange. | Foto: thedailybeast.com

Cyberthreat.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump berjanji mengampuni pendiri WikiLeaks, Julian Assange, tapi dengan syarat. Syaratnya adalah Assange harus membantah bahwa Rusia membocorkan email kampanye dirinya pada  Pemilu 2016.

Pengacara Assange, Jennifer Robinson, mengatakan dalam sebuah dokumen disebutkan, Trump menyampaikan tawaran itu melalui mantan anggota Kongres AS Dana Rohrabacher, tulis Press Association, kantor berita lokal Inggris, seperti dikutip dari AFP, Rabu (19 Februari 2020).

Sayangnya, Gedung Putih dengan cepat mengeluarkan bantahan soal informasi itu. "Presiden nyaris tidak mengenal Dana Rohrabacher, selain dia adalah mantan anggota Kongres. Trump tidak pernah berbicara dengannya mengenai hal ini atau hampir semua topik. Itu adalah rekayasa total dan kebohongan total," ujar Sekretaris Pers Trump Stephanie Grisham mengatakan dalam sebuah pernyataan.

"Ini mungkin tipuan dan kebohongan total yang tidak pernah berakhir" oleh Partai Demokrat, katan Grisham sehari setelah Trump secara kontroversial mengeluarkan bentuk grasi kepada 11 orang termasuk, mantan gubernur yang dipenjara karena korupsi, dan penjahat kerah putih profil tinggi lainnya.


Berita Terkait:


Tawaran Trump itu terungkap saat sidang kasus Assange di Pengadilan Westminster Magistrates pada Senin lalu dengan dakwaan spionase. Ia juga menghadapi ekstradisi ke AS. Jika terbukti bersalah di Amerika Serikat, ia bisa dipenjara selama 175 tahun.

Menurut Robinson, Rohrabacher telah menemui Assange dan mengatakan "atas instruksi dari presiden, dia menawarkan pengampunan atau jalan keluar lain, jika Mr Assange ... mengatakan Rusia tidak ada hubungannya dengan kebocoran DNC,” Robinson menirukan kata-kata Rohrabacber.

Sementara, Hakim Distrik Vanessa Baraitser mengatakan bukti itu dapat diterima. Robinson tidak menanggapi permintaan email dan telepon dari AFP untuk memberikan komentar.

Namun, di situs webnya, Selasa malam, Rohrabacher membantah tawaran syarat tersebut. Namun, ia mengatakan, begini:

"Ketika berbicara dengan Julian Assange, saya mengatakan kepadanya bahwa jika dia dapat memberikan saya informasi dan bukti tentang siapa yang sebenarnya memberinya email DNC, saya kemudian akan memanggil Presiden Trump untuk mengampuni dia," kata mantan anggota kongres itu dalam sebuah pernyataan di situs webnya.

"Tidak pernah saya menawarkan kesepakatan yang dibuat oleh Presiden, saya juga tidak mengatakan saya mewakili Presiden."

Badan-badan intelijen AS telah menyimpulkan Rusia meretas ke dalam server komputer Komite Nasional Demokrat (DNC) selama kampanye Trump melawan saingan Demokrat Hillary Clinton.

WikiLeaks kemudian menerbitkan email-email itu, yang terbukti secara politis merusak bagi Clinton, sebelum pemilihan November 2016.

Assange (48), warga negara Australia, saat ini tengah menghadapi 18 tuduhan di AS, 17 di antaranya di bawah Undang-Undang Spionase.Tak satu pun dari tudingan itu terkait dengan peretasan DNC dan sebaliknya malah menyangkut publikasi WikiLeaks tentang kabel diplomatik dan pertahanan tentang kampanye AS di Afghanistan dan Irak.

Sidang ekstradisi Assange akan dimulai di Woolwich Crown Court, yang berada di sebelah penjara Belmarsh dengan keamanan tinggi. Sidang ini diperkirakan akan berlangsung sepanjang minggu, sebelum ditunda selama tiga bulan, untuk dilanjutkan pada 18 Mei mendatang.[]