Disuruh Hengkang dari Inggris pada 2023, Huawei: Ini tak Masuk Akal!

Huawei | Foto: The Verge

Cyberthreat.id – Wakil Presiden Huawei Technologies Victor Zhang mengaku bingung atas rencana Inggris membatasi keterlibatan perusahaannya di proyek jaringan 5G di Inggris.

Ia menanggapi berita sebelumnya yang dilaporkan surat kabar The Telegraph dan The Guardian bahwa Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah memerintahkan para jajarannya untuk menyusun rencana pengurangan menyeluruh keterlibatan Huawei hingga 2023.

“Laporan itu sama sekali tidak masuk akal,” kata Zhang dalam sebuah pernyataan kepada Newsweek, 23 Mei lalu.

“Sebagai perusahaan swasta yang 100 persen dimiliki oleh karyawan dan telah beroperasi di Inggris selama 20 tahun, prioritas kami adalah membantu perusahaan seluler dan broadband tetap terhubung dengan Inggris, yang dalam krisis kesehatan saat ini menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Rekam jejak kami telah terbukti,” ia menambahkan.


Berita Terkait:


Zhang mengatakan, pemerintah Inggris pada Januari lalu telah menyetujui bahwa Huawei ikut ambil bagian dalam peluncuran proyek jaringan 5G.

Menurut dia, Inggris membutuhkan “teknologi terbaik, lebih banyak pilihan, inovasi, dan lebih banyak pemasok...”

Pada Januari, Jhonson mengumumkan, akan mengizinkan Huawei untuk membangun jaringan 5G dengan dibatasi kuota 35 persen.


Baca:


Inggris ditengarai ingin mengurangi keterlibatan China sebagai “sarana untuk meningkatkan pembicaraan perdagangan” dengan Presiden AS Donald Trump setelah Inggris keluar dari Uni Eropa, menurut laporan The Telegraph itu.

“Dia (Johnson) masih menginginkan hubungan dengan China, tetapi kesepakatan Huawei akan ditingkatkan secara signifikan. Para pejabat telah diinstruksikan untuk membuat rencana untuk mengurangi keterlibatan Huawei secepat mungkin,” kata sumber seperti dikutip The Telegraph.

Keputusan Inggris pada akhir Januari lalu itu sempat membuat London-Washington mengalami ketegangan. Pemerintahan Presiden Donald Trump berang karena Jhonson sebagai sekutunya di Eropa tak mengikuti sarannya.

Amerika Serikat selama setahun belakangan mempropagandaka kepada seluruh dunia bahwa perangkat 5G Huawei mengancam keamanan nasional. Perangkat tersebut dituding memiliki “pintu belakang” (backdoor) yang terkoneksi dengan intelijen pemerintah China.

Namun, berkali-kali Huawei membantah tudingan tak berdasar bukti tersebut. Huawei juga menantang AS agar membuka “aib” tersebut, biar dunia tahu apa yang dimaksud dengan backdoor tersebut.[]