Disusupi Penjahat, Bukalapak Diminta Evaluasi Pedagang

Heru Sutadi - Kominfo.go.id

Cyberthreat.id - Platform e-commerce Bukalapak diminta memperketat verifikasi pedagang yang berjualan di sana menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI). Ini mengingat munculnya sejumlah kasus penipuan dari orang yang mendaftarkan diri sebagai pedagang di Bukalapak.

Pernyataan itu disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia ICT Insitute, Herudi Sutadi. Menurutnya, Bukalapak sebagai perantara antara pedagang dan pembeli perlu memastikan bahwa penjual adalah orang yang benar-benar terverifikasi berjualan.

Ada pun verifikasi yang dilakukan bisa berupa pertemuan tatap muka (face to face) dan menggunakan teknologi AI untuk mengetahui profil penjual dan keaslian pemilik toko online di Bukalapak.

Selain itu, kata Heru, Bukalapak bisa menggunakan AI atau chatbot dalam fitur chat untuk mengidentifikasi dan mencegah terjadinya komunikasi lanjutan antara penjual dan pembeli di luar platform Bukalapak. Dengan begitu, bisa menekan peluang terjadinya penipuan seperti yang dialami Nela asal Sulawesi Tengah dan Evi Sulistiyani dari Banyumas, Jawa Tengah. Keduanya dirugikan hingga puluhan juta rupiah dengan modus yang sama: ditipu oleh pelaku yang terdaftar sebagai pedagang di Bukalapak. 

Caranya, setelah mereka mengorder barang, pedagang atau oleh Bukalapak disebut pelapak, meminta komunikasi dilanjutkan di luar fitur chat Bukalapak semisal WhatsApp. Lalu, pedagang mengirimkan link jebakan phishing yang membawa pembeli ke situs palsu yang mirip Bukalapak dengan dalih untuk mengecek asuransi pengiriman barang.

Begitu di-klik, link itu membawa pembeli ke situs palsu yang didesain mirip Bukalapak. Mengira itu adalah situs Bukalapak asli, si pembeli pun melakukan login seperti biasa saat masuk ke akun Bukalapak miliknya. Tanpa disadari, data yang baru saja dimasukkan ke situs palsu itu, terekam di sistem pelaku dan digunakan untuk mengambil alih akun Bukalapak asli milik calon pembeli. Walhasil, saldo yang disimpan di BukaDompet dalam platform Bukalapak, digunakan oleh si pembajak untuk membeli barang lain atau dipindahkan ke dompet digital lain (e-wallet) semacam Dana.

Menurut Heru, Bukalapak perlu menyelidiki masalah ini secara mendalam. Bukalapak juga harus bertanggung jawab memberikan ganti rugi ke pengguna yang menjadi korban dan membantu korban untuk melaporkan kasus ini ke kepolisian.

"Ini berbahaya ya. Setidaknya ada penyusup jahat yang masuk dalam sistem Bukalapak. Bukalapak perlu menyelidiki masalah ini secara mendalam dimana persoalannya," ujarnya.

Untuk meminimalisir peluang terulangnya kasus serupa, menurut Heru, Bukalapak seharusnya bisa mendeteksinya saat pedagang mulai meminta nomor kontak pembeli saat percakapan masih berlangsung di fitur chat Bukalapak.

"Bisa saja menggunakan chatbot, meskipun saat ini sudah banyak chatbot yang digunakan oleh Bukalapak, dan mungkin bisa digunakan untuk mencegah penipuan di luar platform," kata Haru.

Selain itu, Heru menambahkan, literasi dan sosialisasi juga perlu terus ditingkatkan mengingat banyaknya penipuan pada platform e-commerce yang menggunakan modus social engineering.

"Edukasi dan sosialisasi juga penting agar pengguna selalu aware," ujarnya.[]

Editor: Yuswardi A. Suud

Berita terkait: