Tanggapan China: Itu Bukan ‘Clean Network’, tapi ‘American Network’
Cyberthreat.id – Kebijakan Clean Network yang disusun pemerintah Amerika Serikat sangat jelas menyerang China.
Program ini tak ubahnya Great Firewall yang lebih dulu diterapkan China, atau RuNet yang sedang disiapkan oleh Rusia.
Fungsinya memfilter atau sensor segala hal di internet yang sekiranya dianggap mengganggu pemerintah atau kepentingan nasional negara yang bersangkutan.
Great Firewall, misalnya, merutekan hampir semua lalu lintas internet internasional yang masuk melalui beberapa titik akses, di mana server pemerintah memblokir akses ke nama domain dan alamat protokol internet yang masuk daftar hitam.
Baca:
- Clean Network, Benteng Internet AS yang Memblokir Segala Hal tentang China
- Rusia Berhasil Diskoneksi Internet Dunia via Runet
China menanggapi kebijakan baru AS itu melalui surat kabar di bawah naungan Partai Komunis China, Global Times.
Disebutkan dalam artikel yang terbit pada 9 September 2020 bertajuk “US unilaterally put nations on Clean Network list: source” bahwa AS memasukkan sejumlah negara dalam program Clean Network secara sepihak.
“Menurut sumber yang dekat dengan masalah tersebut, banyak negara menyangkal bahwa mereka telah bergabung dengan program tersebut, tapi tetap dimasukkan oleh AS dalam daftar tersebut,” tulis Global Times.
“Ini adalah trik yang sangat kotor untuk memikat negara lain ke dalam rencana tersebut.”
Mengutip sumber anonimnya, Global Times menyebut, ”Apa yang disebut ‘Clean Network’ tidak ada hubungannya dengan kebersihan–keamanan aplikasi atau toko aplikasi–tetapi hanya untuk menghapus aplikasi dan layanan China.”
Baca:
- Rusia Wajibkan Software yang Diinstal Bernilai Spiritual
- Sensor China ‘Great Firewall’ Blokir Trafik HTTPS yang Pakai TLS 1.3 dan ESNI
- Rusia Kenalkan UU Kedaulatan Internet
“Inisiatif itu hanyalah gertakan yang bertujuan untuk mempertahankan dominasi AS di sektor teknologi tinggi,” tulis Global Times yang mengutip para ahli China yang tak disebutkan atribusi dan afiliasi lembaganya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Aliansi Konsumsi Informasi, Xiang Ligang, bagian dari Asosiasi Industri Telekomunikasi China yang berbasis di Beijing, berharap tidak banyak negara atau wilayah yang mengikuti AS, karena mereka juga menyadari niat AS dan tidak akan mengorbankan kepentingan nasional mereka sendiri.
"Selain Kanada dan Australia, saya rasa sebagian besar negara atau kawasan lain tidak akan secara aktif mengambil tindakan," kata Xiang.
Pemerintah Inggris sebelumnya mengatakan perlu setidaknya lima tahun untuk menghapus peralatan Huawei dari jaringan 5G mereka. Langkah yang memakan waktu lama ini dianggap oleh beberapa pakar China dan Inggris berpotensi positif bagi Huawei.
Kementerian Luar Negeri China mengecam inisiatif AS (Clean Network) sebagai tindakan "sewenang-wenang" yang bertentangan dengan prinsip pasar dan aturan perdagangan internasional.
"Saya khawatir apa yang mereka pikirkan bukanlah 'Clean Network’, tetapi 'American Network'; bukan 'jaringan 5G yang aman', tetapi 'jaringan pengawasan AS'; bukan perlindungan 'privasi dan kebebasan' individu, tetapi konsolidasi 'hegemoni digital' Amerika Serikat," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian pada 14 Agustus pada konferensi pers rutin.
"Praktik semacam itu bertentangan dengan prinsip persaingan yang adil, dan bertentangan dengan kepentingan bersama masyarakat internasional," kata Zhao.
Abde De La Cruz, kolomnis teknologi di Manilla Times, mengatakan, kebijakan Clean Network tanpa basa-basi menuding kepada pemerintah China dan industri telekomunikasi.
Langkah tersebut, kata dia, dapat dilihat sebagai “eskalasi lebih lanjut dari perang pemerintahan Presiden Donald Trump melawan TikTok yang sedang berlangsung.”
“Meskipun program tersebut memproyeksikan agresivitas, masih banyak ketidakjelasan dalam hal bagaimana semua ini akan dijalankan,” kata Abet.
“Program tersebut dengan jelas menyatakan niatnya, tetapi yang lain menganggap bahwa langkah seperti itu berbau kemunafikan karena AS ... seperti skenario seorang pencuri yang berteriak "Hentikan pencuri”," tulis dia.
“Dokumen-dokumen yang bocor dan beberapa akun berita menunjukkan bahwa "proyek" yang diprakarsai oleh pemerintah AS dan lembaga sekutunya telah dibahas oleh beberapa komunitas. Mulai dari pemancar seluler palsu, mengubah aplikasi menjadi alat pemantauan, membajak toko aplikasi untuk mendapatkan data, dan bahkan membobol perusahaan cloud mereka yang berbasis di AS.”[]