Badan Keamanan Siber Prancis: Tak Ada Larangan untuk Huawei

Huawei | Foto: VCG/CNET

Cyberthreat.id – Kepala Badan Keamanan Siber Prancis (ANSSI), Guillaume Poupard, mengatakan, pemerintah Prancis tak mengeluarkan larangan total untuk peralatan Huawei Technologies dalam proyek 5G-nya.

Namun, kata Poupard, institusinya meminta sebaiknya perusahaan telekomunikasi Prancis menghindari peralatan dari perusahaan China.

“Yang bisa saya katakan adalah tidak akan ada larangan total,” kata dia kepada surat kabar Les Echos seperti dikutip oleh Reuters, diakses Selasa (7 Juli 2020).

“(Namun), untuk operator [telekomunikasi] yang saat ini tidak menggunakan, kami meminta agar mereka tak menggunakannya.”

Sejumlah negara Eropa sejak tahun lalu dilobi pemerintah Amerika Serikat untuk tidak memakai peralatan Huawei.  Huawei dianggap AS memiliki koneksi dengan intelijen pemerintah China. Huawei berkali-kali membantah tudingan tak berdasar itu.

Pada Maret lalu, sumber Reuters di internal pemerintahan Prancis mengatakan, Huawei memang tidak akan dilarang. Hanya, perusahaan China ini akan dikeluarkan dari proyek jaringan inti 5G dengan alasan “risiko tinggi karena memproses informasi seperti data pribdai pelanggan.”


Berita Terkait:


Keputusan Prancis atas peralatan Huawei sangat penting bagi dua dari empat operator telekomunikasi negara itu, Bouygues Telecom dan SFR, karena sekitar setengah dari jaringan seluler mereka saat ini dibuat oleh Huawei.

"Bagi mereka yang sudah menggunakan Huawei, kami memberikan otorisasi untuk jangka waktu yang bervariasi antara tiga dan delapan tahun," kata Poupard dalam wawancara.

Orange, operator seluler yang dikontrol oleh negara, telah memilih perangkat 5G dari rival Huawei di Eropa, yaitu Nokia dan Ericsson.

Poupard mengatakan mulai pekan depan, operator seluler yang belum menerima otorisasi eksplisit untuk menggunakan peralatan 5G Huawei dapat mengajukan pertimbangan berapa tahun akan membatasi diri dengan Huawei.

Poupard mengatakan pilihan itu dibuat untuk melindungi kemerdekaan Prancis, dan bukan sebagai tindakan permusuhan terhadap China.

"Ini bukan menyerang Huawei atau rasisme anti-China," kata Poupard.

"Yang kami katakan adalah bahwa risikonya berbeda antara pemasok [peralatan 5G dari negara-negara] Eropa dengan non-Eropa."[]