PEMBLOKIRAN 59 APLIKASI CHINA

CEO TikTok kepada India: Kedaulatan India Sangat Penting bagi Kami

TikTik | Foto: Unsplash

Cyberthreat.id – TikTok, aplikasi media sosial berbagi video, berusaha melobi pemerintah India setelah diblokir per 29 Juni lalu bersama WeChat, UC Browser, dan 56 aplikasi China lainnya.

Dalam sebuah surat TikTok kepada pemerintah India tertanggal 28 Juni dan dilihat oleh Reuters pada Jumat (3 Juli 2020), CEO TikTok Kevin Mayer menegaskan, pemerintah China tak pernah meminta data pengguna kepada perusahaan.

Jika pun pemerintah meminta data pengguna, Kevin memastikan perusahaan tidak akan memberikannya.

"Saya dapat mengonfirmasi bahwa pemerintah China tidak pernah meminta kepada kami untuk data TikTok dari pengguna India," tulis Mayer, menambahkan bahwa data untuk pengguna India disimpan di server di Singapura.

"Jika kami menerima permintaan seperti itu di masa depan, kami tidak akan mematuhinya."

TikTok sejak tahun lalu menjadi sorotan di luar China, bahkan militer AS dilarang memakainya; bos Reddit—forum internet—menyebut Tiktok sebagai aplikasi Spyware.

Sejak disorot itu, TikTok berusaha untuk melepaskan diri dari China. Maret lalu, misalnya, TikTok yang dimiliki oleh ByteDance Technology, perusahaan teknologi berkantor pusat di Beijing, China, mengumumkan akan membuka “Pusat Transparansi TikTok”.

“Fasilitas baru ini ada di kantor kami di Los Angeles,” kata Vanessa Pappas, General Manager TikTok Amerika Serikat di blog perusahaan.

Menurut Vanessa, dengan adanya fasilitas baru tersebut, eksternal perusahaan memiliki kesempatan untuk secara langsung melihat, “bagaimana tim kami di TikTok bekerja sehari-hari, yaitu memoderasi konten di platform,” ujar dia.

Vanessa berharap eksternal perusahaan bisa mengevaluasi sistem, proses, dan kebijakan moderasi TikTok secara keseluruhan.

“Kami berharap Pusat Transparansi beroperasi sebagai forum di mana pengamat akan dapat memberikan umpan balik yang berarti tentang praktik kami,” ujar dia.

Vanessa mengatakan, TikTok sejauh ini telah menyewa sejumlah pakar untuk meningkatkan pusat Kepercayaan dan Keselamatan TikTok di AS, Irlandia, dan Singapura.

Rencana pertemuan

Menurut sumber Reuters di internal pemerintah India, pekan depan Tiktok dan pemerintah India akan bertemu membahas tentang pemblokiran tersebut.

Namun, menurut sumber tersebut, pencabutan blokir kemungkinan sulit untuk segera dicabut. Tantangan hukum untuk pencabutan larangan itu juga sulit untuk berhasil lantaran India menggunkan alasan “kekhawatiran keamanan nasional dalam larangan itu”.

Sejak larangan itu, banyak artis TikTok menjerit karena terganggu aktivitas di media sosialnya. India termasuk negara dengan pengguna TikTok terbesar di dunia dengan mencapai 300 juta pengguna (2019) yang diikuti oleh pengguna di AS.

Bahkan, selama pandemi Covid-19, TikTok mengalami lonjakan di India.

Sejak larangan itu, apliaksi berbagi video lokal India mengalami naik daun. Roposo, misalnya, mendapatkan jumlah pengguna hingga 22 juta dalam 48 jam.

Dalam surat itu, CEO Kevin juga menyatakan, bahwa perusahaan akan berinvestasi di India yang bakal merekrut 3.500 karyawan, serta konten akan tersedia dalam 14 bahasa.

“Privasi pengguna kami, serta keamanan dan kedaulatan India, sangat penting bagi kami,” tulis Kevin.

"Kami telah mengumumkan rencana kami untuk membangun pusat data di India."[]