Tinder Semakin Diminati
Menelusuri Aplikasi Kencan yang Semakin Menggoda
Jakarta, Cyberthreat.id - Berbagai situs dan aplikasi kencan masih menarik perhatian banyak kalangan. Tinder menjadi salah satu yang sangat diminati, selain juga ada Setipe, OkCupid atau Tagged. Menurut penelusuran Cyberthreat.id, Sabtu (3 Agustus 2019), Tinder bahkan menjadi yang teratas di antara berbagai aplikasi kencan.
Tinder sendiri sudah tercatat sebagai dating app sejak 2012. Kini aplikasi asal Amerika Serikat ini bahkan menjadi aplikasi kencan teratas di berbagai app store, di iOS maupun Android.
Aplikasi kencan tersebut juga menawarkan jenis premium, sehingga bagi pemilik akun bisa menggunakan fitur Tinder Plus dan Tinder Gold.
Bagaimana dengan tarif yang harus dibayar untuk akun premium? Biasanya hanya kisaran ratusan ribu per bulan. Kelebihan khusus diberikan untuk pengguna premium adalah kebebasan bagi pemilik akun untuk membatasi data seputar mereka, selain juga bisa memilih lokasi lebih leluasa.
Selain itu, akun premium di aplikasi kencan Tinder ini memberikan kebebasan kepada pemilik akun jika keliru melakukan swipe, dapat membatalkan. Ini tentu saja tidak bisa didapatkan oleh pengguna biasa.
Ringkasnya, bagi pengguna premium akan lebih kecil kemungkinan mendapatkan partner yang tidak sesuai kriteria diinginkan. Sebab opsi yang mereka miliki memang lebih banyak dibandingkan pengguna gratisan.
Menariknya, hasil penelitian pun menunjukkan sinyal positif bagi perusahaan aplikasi kencan. Stanford University pun memprediksi bahwa di masa depan, akan semakin banyak pasangan saling bertemu melalui dunia siber.
Saat ini saja, berdasarkan penelitian tersebut, sebagian besar pasangan heteroseksual saling bertemu justru melalui dunia siber. Dari 3.009 pasangan yang menjadi sasaran survei, persentase pasangan yang bertemu lewat dunia maya mencapai 39 persen.
Di sisi lain, fenomena ini juga menunjukkan adanya pergeseran besar dalam hal mencari pasangan hidup atau sekadar teman kencan. Pasalnya, di era 1990-an, umumnya pasangan saling bertemu dan berhubungan melalui pertemanan, karena mencapai 34 persen. Kini, hanya ada 20 persen yang bertemu lewat pertemanan.
Melansir The Guardian, Michael Rosenfeld yang melakukan penelitian ini mengungkapkan bahwa keberadaan dunia siber saat ini sudah membawa perubahan besar dalam dunia kencan atau mencari pasangan.
Ia menggarisbawahi bahwa tren disrupsi juga terjadi dalam mencari pasangan, berdasarkan penelitiannya terhadap kalangan yang mendapatkan pasangan melalui dunia kerja atau keluarga. "Merebaknya kencan online ini sudah menggantikan cara banyak orang untuk saling bertemu," kata Rosenfeld.
Kecenderungan ini pun tidak lepas dari gaya hidup masyarakat postmodern. Setidaknya, itulah pandangan diungkapkan peneliti lainnya, Pamela Anne Quiroz dari University of Illinois-Chicago, yang mengamati kecenderungan itu pada 2013 lalu.
Quiroz melakukan pengamatan dan analisis terhadap aplikasi semacam Tinder, hingga mengantarkannya pada kesimpulan bahwa ini memang tidak lepas dari kecenderungan gaya hidup masyarakat yang akrab dengan berbagai gadget.
Setidaknya itu juga dapat dilihat dari kehadiran banyaknya aplikasi yang lahir akhir-akhir ini. Pada 2018 saja tercatat 194 miliar aplikasi yang diundah pengguna gadget, berdasarkan riset appannie.com dalam laporan The State of Mobile In 2019: The Most Important Trends to Know.
Mereka menunjukkan bahwa Indonesia berada di posisi keempat sebagai negara paling banyak mengunduh aplikasi online di Google Play Store pada 2018. Tinder menjadi salah satu yang terpopuler di antara berbagai aplikasi tersebut.
Minat terhadap aplikasi kencan ini tidak melulu untuk sekadar kencan, tapi banyak juga yang mendapatkan pasangan hidup setelah merasakan kecocokan satu sama lain.
Namun tak sedikit juga yang menggunakan aplikasi kencan ini untuk pelarian saja.
Salah satu di antara pengguna Tinder tersebut, Tia (bukan nama sebenarnya), berterus terang bahwa dirinya menggunakan Tinder hanya untuk bersenang-senang saja. "Jika sudah memiliki pacar, akun saya di sana akan saya hapus saja. Tapi, kalo baru putus, daripada larut dalam perasaan sedih, saya melarikan diri ke aplikasi itu dan mencari teman kencan," katanya.
Namun ia juga menggarisbawahi bahwa aplikasi kencan seperti Tinder ini sama saja dengan aplikasi lainnya, terlepas di sini condong ke arah kencan atau hubungan serius. "Kalau ingin dibawa ke arah yang baik juga bisa, atau juga bisa dibawa ke arah negatif," Tia menambahkan. "Saya sendiri pernah dapat cowok di sana, setelah bersenang-senang saya hapus kontaknya, dan saya memilih menghilang saja darinya." []