Aplikasi Bukalapak Jadi Sasaran Kekesalan Investor Saham Nyangkut

Dokumen Bukalapak

Cyberthreat.id - Setelah sempat melambung 25 persen saat hari pertama melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham Bukalapak terus ambruk hingga menyentuh batas level terbawah (Auto Rejection Bawah/ARB).

Dalam dua hari terakhir, saham dengan kode BUKA itu bahkan langsung ARB saat perdagangan baru dibuka. Walhasil, para investor yang telah membeli sahamnya, lagi-lagi tidak bisa menjual atau pun menambah kepemilikannya.

Seperti diketahui, saat pertama kali diperdagangkan di bursa pada 6 Agustus lalu, saham Bukalapak yang dipatok seharga Rp850 per lembar, langsung terbang ke level Rp1.060.

Namun, euforia kenaikan itu hanya bertahan sehari. Pada hari kedua, setelah sempat naik lagi 25 persen di sesi pertama, harganya langsung anjlok karena dipicu aksi jual oleh investor asing. Pada hari ke-3 dan 4, aksi jual kian deras hingga ARB dua hari berturut-turut dan bertengger di harga Rp965.


Harga saham Bukalapak kembali anjlok -6,76 persen saat bursa baru dibuka hingga berakhirny sesi pertama pada Kamis, 12 Agustus 2021 | Sumber data: aplikasi Mandiri Sekuritas (MOST)
 

Kondisi itu, membuat para investor ritel yang nyangkut karena sempat membeli sahamnya di harga atas tidak bisa berbuat apa-apa. Sebab, belum sempat sahamnya dijual, perdagangan sudah dihentikan karena banyaknya antrian jual saat pasar baru dibuka.

Ironisnya, sejumlah investor pun melampiaskan kekesalannya dengan memberi bintang satu pada aplikasi Bukalapak di Google Play Store. Padahal, naik turunnya harga saham adalah mekanisme pasar, bukan ditentukan oleh Bukalapak.

"Apa apaan gua nyangkut di 1325 skrg udh rugi hampir 30%. Dijual gak laku," tulis seorang investor ritel di Google Playstore, Kamis (12 Agustus 2021) sembari memberi bintang satu untuk aplikasi Bukalapak.

"Kalo gak becus main saham, mending dari awal gausa sok2an ipo deh.. parah," tulis yang lain.

"Pengalaman paling buruk sepanjang IPO di Indonesia... Cukup bintang 1 aja dan akan hapus apk ini. Tks," tambah yang lainnya.

"Gak aplikasi atau saham.. kinerjanya gak ada yg bagus.. ganti aja CEO nya itu..kalau gak uninstall Bukalapak," sambar yang lain.

Menanggapi komentar miring itu, Bukalapak menanggapinya dengan mengatakan bahwa naik turunnya harga saham setelah melantai di bursa adalah mekanisme pasar. Itu artinya, harga saham setelah listing di bursa terbentuk berdasarkan aksi jual beli oleh para pemegang sahamnya. 

Manajemen Bukalapak pun merasa perlu menanggapi aksi pelampiasan kekesalan para investor nyangkut itu. Dalam keterangan pers pada 11 Agustus kemarin, VP Corporate Affairs PT Bukalapak.com Tbk Siti Sufintri Rahayu kembali menegaskan bahwa "Transaksi saham Bukalapak di bursa saham setelah listing merupakan mekanisme pasar."

Dalam perdagangan hari ini, Kamis (12 Agustus 2021), Bukalapak menempati urutan pertama top outflow investor asing dengan uang keluar senilai Rp122,9 miliar.

Meskipun harga sahamnya sedang terjun bebas, Bukalapak berhasil mengumpulkan dana sekitar Rp21,9 triliun saat IPO dengan menawarkan 25.765.504.800 lembar saham kepada investor. Itu adalah nilai IPO terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia, sekaligus pencatatan perdana saham unicorn teknologi di bursa efek di Asia Tenggara.[]