Mantan Penasihat Keamanan Nasional Khawatir Intervensi Rusia di Pilpres AS

Foto: Susan Rice | The Hill

Cyberthreat.id - Mantan penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS) Susan Rice mengungkapkan keyakinannya bahwa Rusia dengan segala upaya akan mencoba untuk mengintervensi Pilpres AS sebagaimana yang pernah dilakukan di Pilpres 2016. 

“Saya hampir tidak pernah mengatakan ini, tetapi saya yakin 100 persen Rusia melakukan banyak hal seperti yang dilakukannya pada tahun 2016 dan (tahun ini) tentu saja lebih banyak,” kata Rice dilansir The Hill, Kamis (20 Agustus 2020).

Rice yang sebelumnya menjabat sebagai duta besar AS untuk PBB merujuk pernyataan seorang pejabat tinggi di Kantor Direktur Intelijen Nasional baru-baru ini yang mengakui upaya Rusia, China, dan Iran untuk ikut campur dalam pemilihan AS tahun ini.

Rusia, kata dia, akan berupaya mempromosikan Presiden Trump sedangkan upaya China dan Iran ditujukan untuk mengalahkan Trump.

Rice menekankan bahwa campur tangan Rusia berada pada "skala yang jauh berbeda" dari upaya China atau Iran. Dan, tingkat kekacauan yang berbeda dibandingkan Pilpres 2016 karena eskalasi China dan Iran lebih agresif.

"Kita perlu khawatir, tidak hanya tentang (hoax) disinformasi Rusia - aktivitasnya di media sosial yang terus-menerus, bertujuan menyesatkan dan memecah belah, serta menanamkan ketakutan dan kebencian antara dan di antara orang Amerika," ujarnya.

"Tetapi kita juga perlu khawatir tentang upaya untuk menyusup ke sistem pemungutan suara kami, dan merusak daftar pemilih kami atau bahkan kemungkinan penghitungan suara itu sendiri."

Rice menyebut tantangan menghadapi serangan cyber Rusia yang mengintervensi Pemilu sangat berat. Ia berharap AS ke depan memiliki banyak cara untuk memperkuat sistem karena Rusia tidak akan pernah berhenti mencoba untuk ikut campur.

Laporan komunitas intelijen AS yang disusun oleh mantan penasihat khusus Robert Mueller dan Komite Intelijen Senat menyatakan agen-agen Rusia terlibat dalam upaya menyeluruh dan canggih untuk ikut campur dalam pemilihan presiden AS 2016.

Upaya ini termasuk operasi disinformasi di seluruh platform media sosial, menargetkan infrastruktur pemungutan suara di seluruh 50 negara bagian, dan meretas sistem Komite Nasional Demokrat.

Awal pekan ini Komite Intelijen Senat As merilis versi yang tidak diklasifikasikan (unclassified) dari laporan volume kelima tentang upaya campur tangan Rusia. Disebutkan secara terperinci bahwa terdapat hubungan signifikan antara perwira intelijen Rusia dan pejabat tinggi kampanye Donald Trump di tahun 2016.

Rice memuji laporan itu dan menyebutnya sebagai usaha yang "luar biasa" karena selain laporan itu bipartisan, juga menggambarkan dengan detail seputar kontak antara Rusia dan tim kampanye Trump 2016. []