FBI Selidiki Pembajakan Massal Akun Twitter Bill Gates dkk
Cyberthreat.id – Biro Investigasi Federal (FBI) menyelidiki kasus pembajakan massal terhadap sejumlah akun Twitter milik tokoh terkemuka Amerika Serikat.
FBI mengatakan, bahwa serangan tersebut terkoordinasi dan kerentanan yang ada di sistem Twitter dapat berisiko pada keamanan serius, tulis The Verge, diakses Jumat (17 Juli 2020). Twitter juga menyatakan telah berkoordinasi dengan FBI untuk penyelidikannya.
"Akun-akun tersebut tampaknya diretas untuk penipuan cryptocurrency," kata FBI dalam sebuah pernyataan yang diberikan kepada Wall Street Journal.
Serangan terhadap Twitter ini belum pernah terjadi sebelumnya karena pembajakan berlangsung bersamaan. Yang menjadi korban seperti mantan Presiden AS Barack Obama, Jeff Bezos, Bill Gates, dan kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden.
Berita Terkait:
- Motherboard: Pembajakan Massal Akun Twitter Bill Gates dkk Ulah Orang Dalam
- Sebelum Pembajakan Massal Twitter, Penjual Tawarkan Akun Pengguna di Forum Darkweb
- Peretasan Akun Twitter Meminta Bitcoin, Kaspersky Sebut Mirip Ransomware
- Pembajakan Massal Akun Twitter Terverifikasi, CEO Jack Dorsey: Hari yang Buruk bagi Kami
- Heboh Pembajakan Massal Akun Twitter Pesohor, dari Bill Gates, Jeff Bezos, Obama, hingga Apple
Mayoritas akun yang dibajak adalah akun terverifikasi (centang biru) dan yang menarik, akun Twitter milik Donald Trump sama sekali tak terpengaruh.
Akun-akun mereka sama-sama meminta sumbangan dalam bentuk mata uang kripto (cryptocurrency). “Anda mengirim US$ 1.000, saya mengirimi Anda kembali US$ 2.000,” demikian sebuah tweet di akun Bill Gates, Rabu (15 Juli 2020) malam waktu setempat, seperti dikutip dari BBC, diakses Kamis (16 Juli 2020) pagi.
Menanggapi kejadian peretasan itu, Jaksa Agung New York Letitia James juga turut membuka penyelidikan.
“Banyak orang Amerika mengandalkan Twitter untuk membaca dan menonton berita, terlibat dalam debat publik, dan mendengar langsung dari pemimpin parpil, aktivis, dan lain-lain,” ujar James.
Serangan tersebut, menurut James, menimbulkan kekhawatiran serius tentang keamanan data dan bagaimana platform seperti Twitter dapat digunakan untuk merusak debat publik. “Saya telah memerintahkan kantor saya untuk segera melakukan penyelidikan masalah ini,” kata James.
Analisis Motherboard, media berita teknologi, menduga bahwa peretas tampaknya tidak melanggar sistem Twitter. “Tetapi, patut diduga [peretas] membayar karyawan Twitter untuk mengatur ulang alamat surel yang tertaut dengan akun yang terkena dampak sehingga memiliki hak akses,” demikian Motherboard seperti dikutip The Verge.[]
Redaktur: Andi Nugroho