Rui Pinto, Hacker Football Leaks Hadapi Sidang di Portugal

Rui Pinto | Foto: portugalresident.com

Cyberthreat.id – Rui Pinto, peretas (hacker) asal Portugal, yang mengungkapkan skandal sepakbola—populer dengan sebutan “Football Leaks”—masih menunggu persidangan kasusnya di Portugal, demikian seperti dilaporkan AFP, Senin (27 Januari 2020).

Meski di mata jaksa penuntut umum dianggap sebagai peretas kriminal, lelaki berusia 31 tahun itu justru dielu-elukan pendukungnya sebagai whistleblower (peniup peluit) kepentingan publik.

Rui Pinto juga sosok di balik pengungkapan “Luanda Leaks”, skandal tentang Isabel dos Santos, miliarder-wanita terkaya juga anak dari mantan Presiden Angola José Eduardo dos Santos. Karena ulahnya ini, jaksa Angola menjerat dirinya dengan tuduhan penipuan atas Isabel.

Pinto ditangkap pada Januari 2019 di Budapest, Hungaria, kemudian diekstradisi ke Portugal karena operasi peretasan yang kemudian dikenal publik dengan sebutan skandal “Football Leaks”.


Berita Terkait:


Namun, pengacara Pinto, William Bourdon yang sebelumnya menjadi pengacara Edward Snowden, membelanya bahwa kliennya justru berperan sebagai sosok “pengungkap rahasia Eropa yang begitu penting”. “Tanpa Pinto, ini tidak akan mungkin terjadi,” kata dia seperti dikutip dari The New York Times.

Pinto yang menghabiskan waktu selama tiga tahun, bekerja di bawah nama sandi “John” mendapatkan 70 juta dokumen dan 3,4 terabita (TB) informasi rahasia tentang klub-klub sepakbola besar dan pejabat klub.

Ia kemudian mengirimkan dokumen itu ke majalah Jerman, Der Spiegel. Der Spiegel  bersma media Eropa lain mempublikasikan data-data tersebut yang menyangkut dugaan korupsi besar di jantung sepakbola, tulis Euronews.

“Investigasi” Pinto mencakup kasus pajak di Spanyol—kala itu Cristiano Ronaldo dituntut karena penggelapan pajak setelah Football Leaks mengungkapkan rincian yang rumit.

Selain itu, laporan Football Leaks juga mengungkap Presiden FIFA Gianni Infantino dan cara klub top Eropa mengelak dari peraturan keuangan.

Pinto saat ini sedang menghadapi 90 dakwaan dari sebelumnya 147 dakwaan, di antaranya percobaan pemerasan, akses tidak sah ke data dan pelanggaran korespondensi.

Ketika dirinya ditangkap, Kepolisian Hungaria membawa surat perintah dengan tuduhan bahwa dirinya telah meretas sistem Doyen Sports, anak perusahaan Doyen Grup berkantor di Republik Malta dan fokus pada investasi di klub-klub sepakbola. Ia melakukan aksi peretasan itu pada 2015.

Jaksa penuntut Portugal mengatakan, Pinto berusaha memeras perusahaan tersebut dengan permintaan uang 500.000 euro dan satu juta euro. Menurut jaksa, uang tersebut sebagai imbalan karena Pinto tidak mempublikasikan dokumen-dokumen yang diambilnya.

AFP melaporkan Pinto mengakui telah mengontak Doyen Sports, tapi “hanya untuk mengonfirmasi bahwa perusahaan telah melakukan kesalahan” dan hanya ingin mengetahui “berapa banyak perusahaan bersedia membayar” untuk menghindari publikasi dokumen baru.

Sebagai penggembar klub FC Porto dan Cristiano Ronaldo, Pinto mengatakan, dirinya melakukan itu karena ingin mengungkap industri sepakbola yang ternyata tidak jujur.”[]