Presiden NSO Group: Tuduhan Spyware adalah Mitos Negatif
Cyberthreat.id – Presiden NSO Group Shiri Dolev membantah semua tudingan yang selama ini ditujukan kepada perusahaannya. Menurut Dolev, semua tudingan yang muncul di media massa terkait kegiatan mata-mata adalah “mitos negatif”.
NSO Group, perusahaan teknologi asal Israel, selama ini dikenal dengan pembuat perangkat lunak spyware bernama Pegasus. Pegasus diklaim yang telah meretas layanan olah pesan WhatsApp yang terungkap pertengahan tahun ini dan bisa memantau segala aktivitas pengguna melalui smartphone yang telah terinfeksi.
Aktivis HAM, seperti Amnesty International, juga menyebut NSO Group telah menjual teknologinya ke sejumlah negara yang dipakai untuk memata-matai jurnalis, aktivis, dan pengacara.
Berita Terkait:
- Pejabat Pemerintah di 20 Negara Target Serangan via WhatsApp
- Pemerintah Israel Klaim Tak Terlibat Aksi Spionase NSO Group
- Produsen Spyware Ini di Balik Celah Keamanan WhatsApp?
Namun, perusahaan membantah bahwa teknologi buatannya dipakai untuk mematai-matai, tapi alat yang dijual adalah untuk membantu melawan serangan teroris.
"Ada banyak mitos negatif tentang kami. Kami tidak mengoperasikan teknologi, kami bukan perusahaan mata-mata, kami tidak menjual kepada siapa pun dan kami tidak membocorkan informasi pelanggan," kata Dolev baru-baru ini di konferensi “Mind the Tech” di Tel Aviv,seperti diberitakan ThreatPost, Rabu (27 November 2019).
"Kami berharap dapat menanggapi apa yang dipublikasikan tentang kami di media, tetapi kami tidak dapat mengungkapkan pelanggan kami atau hal-hal yang mereka lakukan," Dolev menambahkan.
Berita Terkait:
- Karyawan Perusahaan Spyware Israel Gugat Facebook Inc
- India akan Pantau WhatsApp dan Lalu Lintas Pesan
- Mengenal NSO Group Asal Israel yang Digugat WhatsApp
Menurut dia, NSO selama ini telah melakukan hal yang tak terekspose media dan diketahui publik, seperti upaya perusahaan yang membantu penangkapan tersangka kasus pedofil dan “peristiwa-peristiwa teroris yang dicegah,” kata dia.
Dia juga mengklaim bahwa NSO membantu pihak berwenang menemukan korban dalam runtuhnya tempat parkir Tel Aviv tahun lalu dan tragedi bendungan Brumadinho di Brasil, di mana hampir 250 orang meninggal, “tetapi banyak pihak yang tidak menyadari manfaat dari platform milik NSO,” tutur dia.
Dolev mengatakan, para teroris dan penjahat saat ini menggunakan platform sosial dan aplikasi yang banyak digunakan sebagai alat untuk terorisme dan kejahatan. Oleh karenanya, kunci untuk menghindari penggunaan platform pesan aman dari ujung-ke-ujung oleh penjahat adalah mengakses informasi penting yang disembunyikan di aplikasi tersebut.
Menanggap pernyataan Dolev, Amnesty International Israel melalui laman Twitter menyatakan, dibanding berbicara tentang topik konferensi, Dolev hanya memanfaatkan acara itu sebagai panggung pembelaan diri untuk menyelamatkan NSO.
Amnesty International akan melakukan gugatan hukum kepada Kementerian Pertahanan Israel ke pengadilan. Tujuannya, menuntut Kemhan Isral mencabut izin ekspor peroduk NSO Group.
"Kami akan bertemu Dolev di pengadilan bersama dengan Kementerian Pertahanan," kata Amnesty dalam sebuah tweet.
Sebelumnya, pada Oktober lalu, anak perusahaan Facebook, WhatsApp, menggugat NSO Group karena menciptakan alat yang diduga digunakan oleh salah satu kliennya untuk meretas WhatsApp.
NSO dituding telah membantu mata-mata pemerintah membobol ponsel sekitar 1.400 pengguna di empat benua.
Gugatan hukum WhatsApp telah diajukan ke pengadilan California, Amerika Serikat. Spyware NSO dituduh telah menargetkan kalangan diplomat, aktivis politik, wartawan, dan pejabat senior pemerintah.
Redaktur: Andi Nugroho