Muslim Pro Jual Data ke Militer AS, Ridwan Kamil Kecewa dan Ajak Pindah ke Aplikasi Lain

Muslim Pro | Foto: Pinterest

Cyberthreat.id - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan rasa kecewanya terhadap aplikasi Muslim Pro yang dikabarkan menjual data pengguna ke militer Amerika Serikat setelah perusahaan itu memberi akses ke X-Mode untuk mendapatkan data lokasi penggunanya.

"Saya termasuk pengguna harian apps yang populer ini karena memang bagus sekali.Namun jika disalahgunakan, tentunya itu melanggar hal fundamental yaitu privasi data dan lokasi pengguna," kata Ridwan Kamil lewat akun Instagramnya, Kamis (19 November 2020).

Pria yang akrab disapa Kang Emil itu mengatakan, memang sudah ada batahan dari Muslim Pro, namun yang diduga menyalahgunakan datanya adalah pihak ketiga yang terikat kontrak dengan aplikasi itu.

"Selama hubungan dengan pihak ke-3 terduga ini belum diputus, maka kekhawatiran penyalahgunaan itu masih ada. Sementara mari pindah ke apps yang lain, sampai ada kepastian terkait perlindungan privasi pengguna. namun apapun itu semua kembali ke pilihan masing-masing. .Tugas saya hanya mengingatkan dan memberi perlindungan kepada warga tercinta saya," kata Ridwan Kamil.

Influencer ekonomi syariah Irsyad Al Ghifari merespon unggahan Ridwan Kamil itu dengan mengatakan,"Sangat kecewa pak, saya sudah uninstall. Bukan hanya soal dijual ke militer AS-nya, tapi ini soal etika privasi yg dilanggar."

Dugaan penjualan data pengguna oleh Muslim Pro awalnya diberitakan oleh  Motherboard. Disebutkan,  Komando Operasi Khusus AS (USSOCOM), unit militer yang bertanggung jawab atas "kontraterorisme, kontraterorisme, dan pengintaian khusus" memperoleh akses ke data pergerakan Muslim menggunakan aplikasi untuk membantu operasi pasukan khusus di luar negeri.

Seorang juru bicara USSOCOM, mengkonfirmasi pembelian data lokasi aplikasi Muslim dan menambahkan bahwa: "Akses kami ke perangkat lunak digunakan untuk mendukung persyaratan misi Pasukan Operasi Khusus di luar negeri.

"Kami secara ketat mematuhi prosedur dan kebijakan yang ditetapkan untuk melindungi privasi, kebebasan sipil, hak konstitusional dan hukum warga Amerika."

Biasanya, pemerintah AS memerlukan surat perintah untuk mendapatkan data tersebut, jika tidak tersedia untuk dibeli.

Di antara aplikasi yang ditargetkan adalah aplikasi doa Muslim populer Muslim Pro dan aplikasi kencan Muslim Muslim Mingle.

Muslim Pro, yang dijuluki sebagai "aplikasi Muslim paling populer di dunia", telah diunduh setidaknya 95 juta kali di 200 negara, menurut situsnya.

Aplikasi ini mengirimkan pengingat harian untuk waktu sholat dan memungkinkan pengguna untuk menemukan arah ke Mekah untuk sholat.

Menurut Motherboard, Muslim Pro telah menjual data penggunanya ke platform pengumpul data lokasi X-Mode, yang kemudian menjualnya kepada kontraktor pihak ketiga yang kemudian memberikannya kepada militer AS.

Setelah laporan itu menyentak komunitas Muslim, laporan terbaru Motherboard menyebutkan bahwa  pihak Muslim Pro mengatakan akan segera menghentikan kerja sama dengan X-Mode.

"Sehubungan dengan kepercayaan jutaan doa yang diberikan kepada Muslim Pro setiap hari, kami segera memutuskan hubungan kami dengan mitra data kami — termasuk dengan X-Mode, yang dimulai empat minggu lalu. Kami akan terus mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa pengguna kami mempraktikkan keyakinan mereka dengan ketenangan pikiran, yang tetap menjadi satu-satunya misi Muslim Pro sejak pembuatannya," kata pengelola Muslim Pro dalam sebuah email kepada Motherboard, Selasa (17 November 2020).

Diduga, Muslim Pro tergoda untuk memonetisasi data lokasi penggunanya ke X-Mode. Dalam tawaran kerja sama yang dipublikasikan di situs X-Mode, sebuah aplikasi yang berminat untuk bekerja sama akan diberikan semacam aplikasi XDK untuk disisipkan di dalam aplikasi. XDK inilah yang meneruskan data lokasi pengguna sebuah aplikasi semacam Muslim Pro ke X-Mode.

Dalam penawaran di situsnya, X-Mode menjanjikan sebuah aplikasi dengan pengguna 1 juta orang, berpotensi mendapatkan US$ 3.000 atau setara Rp42 juta. Jika penggunanya mencapai 80 juta, maka Bitsmedia akan menghasilkan duit sekitar Rp33,7 miliar.[[