Ini Cara Inggris Agar Remaja Tak Akses Situs Web Porno
London, Cyberthreat.id – Penduduk Inggris yang sering mengakses situs web porno bakal dipersulit. Setiap pengunjung akan diverifikasi secara usia dan dipastikan bukan anak-anak dan remaja yang berusia di bawah 18 tahun.
Pemerintah Inggris menyerahkan seluruhnya verifikasi usia pengunjung itu ke pengelola situs web pornografi. Namun, yakinkah penyedia pornografi jujur? Bisa saja mereka berbohong karena takut kehilangan trafik, bukan?
Aturan yang diserahkan kepada pengelola situs web porno tersebut yang dikhawatirkan oleh Open Rights Group, organisasi yang menyuarakan hak-hak privasi digital berpusat di London. Sebab, justru memunculkan pihak ketiga yang menawarkan teknologi verifikasi usia—mereka malah menjadi pengumpul data pribadi seseorang.
Berita Terkait:
MindGeek
Teknologi verifikasi usia yang populer adalah AgeID. Teknologi ini dikembangkan oleh MindGeek. Tahukah, siapa pendiri MindGeek?
Manwin adalah cikal bakal sebelum berubah nama MindGeek dan didirikan oleh pengusaha Jerman Fabian Thylmann.
Manwin, yang bergerak di usaha pornografi internet, dalam perjalanan bisnisnya juga membeli sejumlah situs web porno populer, seperti Pornhub, YouPorn, RedTube, Brazzers, Twistys.com, Mofos, serta sejumlah penyedia pornografi lainnya.
Namun, Oktober 2013, Thylmann menjual Manwin setelah terlibat skandal pajak pada 2012 dan kasus lain pada 2015. Setelah penjualan itu, namanya berganti Mindgeek. Kini, MindGeek adalah perusahaan pornografi terbesar di dunia.
Tak heran bila aktivis perlindungan data privasi meresahkan jika verifikasi usia diserahkan kepada penyedia pornografi. Apalagi teknologi yang bikin mereka sendiri. Bagaimana jaminan perlindungan datanya, begitulah pertanyaan yang muncul?
Selain AgeID juga ada teknologi AgeChecked, AgePass,1Account, Yoti, dan banyak lagi. Situs web porno dapat menyertakan lebih dari satu perusahaan pemeriksa usia di situsnya. “Ini sepenuhnya bergantung pada masing-masing situs web porno,” tulis Wired.
Setiap penyedia web bisa memastikan cara verifikasi dengan menunjukkan SMS, data kartu kredit, informasi paspor, atau SIM. Ada juga pemindaian wajah dan blockchain.
Setiap penyedia layanan pornografi yang tidak mengikuti aturan yang sudah ditetapkan akan didenda hingga US$ 350.000 atau bahkan menerima Blanket Block oleh ISP lokal.
Ancaman Siber
Jim Killock, Direktur Eksekutif Open Rights Group, menyatakan karena sifat sensitif data menyangkut verifikasi usia, seharusnya perlu standar perlindungan pribadi yang lebih tinggi dari standar yang diatur oleh Undang-Undang Perlindungan Data.
Menurut dia, verifikasi usia juga rentan menempatkan warga Inggris dalam risiko kejahatan siber yang lebih besar.
“Skema ini (verifikasi usia) dapat menempatkan warga negara Inggris dalam risiko penipuan dan pemerasan, yang dapat berdampak buruk bagi seseorang. Kami mendesak Pemerintah untuk menunda verifikasi umur hingga ada mekanisme yang tepat untuk melindungi privasi," ujar dia seperti dikutip dari Techradar.
Faktanya, jajak pendapat yang dilakukan YouGov pada Maret lalu menunjukkan, bahwa 74 persen publik Inggris sejauh ini belum tahu informasi tentang verifikasi usia yang akan dilakukan pemerintah.
Selain tidak mengiklankan informasi verifikasi usia itu, pemerintah Inggris belum menawarkan saran kepada konsumen mengenai apa yang harus mereka lakukan untuk menjaga data sensitif mereka tetap aman.
“Standar BBFC (lembaga sensor Inggris, red) seharusnya memberikan (aturan detail) itu. Namun, ini hanya standar sukarela, yang menawarkan sedikit informasi tentang tingkat perlindungan data yang ditawarkan dan tidak menyediakan sarana ganti rugi jika perusahaan gagal memenuhi standar,” ujar Killock.
“[...] Ini menjadikan (standar) itu tidak ada gunanya, menyesatkan, dan berpotensi berbahaya sebagai saran bagi konsumen yang mencari produk yang aman,” kata dia
Karena verifikasi usia hanya berlaku untuk penyedia komersial konten dewasa, kata Killock, artinya mereka yang berusia di bawah 18 tahun masih dapat mengakses pornografi di situs gratis lain yang memberontak atau di media sosial.