Celah Keamanan di Pemindai GeoVision Bikin Hacker Bisa Curi Sidik Jari
Cyberthreat.id - Perusahaan penyedia teknologi pengawasan, pemindai sidik jari dan kontrol akses yang berbasis di Tiongkok, GeoVision, telah menambal dan memperbaiki sejumlah kerentanan kritis pada produknya setelah ditemukan banyak kerentanan keamanan oleh tim keamanan dari Acronis, perusahaan teknologi global.
Melansir BleepingComputer, selama audit keamanan jaringan tahun lalu, Acronis menemukan empat kerentanan penting pada perangkat GeoVision yang memungkinkan penyerang mendapatkan akses penuh dan tidak sah ke produk-produk GeoVision, termasuk pemindai sidik jari biometrik, kamera pengintai (CCTV) dan perangkat Internet of Things (IoT) lainnya.
Digunakan oleh 110 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, kerentanan keamanan yang ditemukan pada sejumlah perangkat GeoVision tentu menjadi sangat penting untuk diperbaiki.
Acronis mempublikasikan sejumlah kerentanan keamanan yang ditemukannya, seperti CVE-2020-3928, CVE-2020-3930 dan CVE-2020-3929. Celah keamanan itu meliputi kerentanan buffer overflow, kunci kriptografi, eksposur log hingga kerentanan kata sandi "root" hardcoded - dimana perangkat IoT memiliki kata sandi default (username: admin dan password: admin) yang memudahkan peretas masuk ke dalam halaman admin.
"Kerentanan itu memungkinkan peretas untuk membuat] pintu belakang (backdoor) dengan hak istimewa admin, menggunakan kembali kunci kriptografi dan pengungkapan kunci pribadi untuk semua orang. Semua kerentanan ini memungkinkan penyerang yang disponsori negara untuk mencegat lalu lintas," kata Acronis dalam laporan terbarunya.
Lebih parahnya, kerentanan keamanan juga memungkinkan peretas untuk memata-matai pengguna atau bahkan mencuri data sidik jari pengguna GeoVision.
"Dengan menggunakan kerentanan ini, penyerang dari jarak jauh bisa membuka pintu tanpa kunci, menginstal trojan pada perangkat itu, membangun jaringan mereka, memata-matai pengguna internal dan mencuri sidik jari dan data lainnya, semuanya tanpa pernah terdeteksi," ungkap Acronis.
Data sidik jari memainkan peran vital dalam hal autentikasi atau verifikasi. Sebab, data biometrik tersebut dapat digunakan peretas untuk membuka kunci perangkat pribadi, pencurian data pribadi lainnya, dan sebagainya.
Lamanya Proses Penambalan
Acronis pertama kali menginformasikan celah keamanan itu ditemukan pada Agustus 2019. Baru sepuluh bulan kemudian kerentanan diperbaiki oleh GeoVision.
"Ketika produsen keamanan mengetahui kerentanan kritis pada perangkat mereka, ada harapan mereka akan bertindak cepat untuk memperbaiki masalah. Namun, Agustus 2019 menjadi yang pertama dari beberapa bulan ketika Acronis dengan sabar menunggu pembaruan dari satu produsen," tulis Acronis.
Acronis menambahkan bahwa belum semua kerentanan keamanan yang diinformasikan telah diperbaiki oleh GeoVision. Namun, ada sejumlah pembaruan firmware yang telah dirilis oleh GeoVision.
Mengingat kerentanan yang ditemukan bersifat kritis, seluruh pengguna GeoVision diharapkan untuk memperbarui patch firmware yang telah dirilis oleh GeoVision untuk menutup celah keamanannya.[]
Editor: Yuswardi A. Suud