Induk Pemegang Saham Telkomsel Bergabung Dukung Uang Kripto Facebook
Cyberthreat.id - Perusahaan investasi asal Singapura Temasek Holding memutuskan bergabung dalam proyek uang kripto Libra yang digagas oleh Facebook.
Seperti diketahui, Temasek adalah perusahaan induk dari Singapore Telecommunication (Singtel) yang menguasai 35 persen saham Telkomsel di Indonesia (65 persen saham Telkomsel dimiliki pemerintah Indonesia lewat PT Telkom).
Seperti dilaporkan The Straits Times, Temasek bergabung ke proyek mata uang Libra sebagai anggota baru bersama dua perusahaan lainnya yaitu perusahaan investasi uang kripto Pradigm dan grup ekuitas swasta Slow Ventures yang berbasis di California.
Bergabungnya tiga perusahaan baru itu diumumkan oleh Asosisi Libra yang berbasis di Swiss pada Kamis pekan lalu.
"Penambahan tiga anggota baru ini ke Asosiasi Libra menunjukkan komitmen kami untuk membangun beragam kelompok organisasi yang akan berkontribusi pada tata kelola, peta jalan teknologi, dan meluncurkan kesiapan sistem pembayaran Libra," kata wakil ketua Asosiasi Libra, Dante Disparte.
Ada pun Wakil Kepala Eksekutif Temasek, Chia Song Hwee mengatakan,"Keanggotaan dalam Asosiasi Libra akan memungkinkan berkontribusi terhadap jaringan global yang diatur untuk pembayaran ritel yang efektif.”
Libra, sebuah proyek profil tinggi yang digagas oleh Facebook, dijadwalkan untuk diluncurkan tahun ini tetapi telah dihantam kritik keras dari beberapa otoritas keuangan paling berpengaruh di dunia.
Pendukung berpendapat bahwa Libra dapat membantu orang di luar sistem perbankan dengan menurunkan biaya transaksi untuk berbagai jenis pembayaran dan transaksi. Di sisi lain, para kritikus mengatakan itu bisa mengganggu sistem moneter global dan pasar mata uang.
Sebelumnya, enam perusahaan yang semula telah bergabung belakangan memilih hengkang dari proyek itu. Mereka adalah Visa, Mastercard, PayPal, Stripe, eBay, dan Mercado Pago.
Rencananya, Facebook bakal meluncurkan Libra pada Juni 2020. Namun, setelah rencana itu diumumkan, regulator menyatakan penolakan. Pada bulan lalu, pemerintah Prancis dan Jerman memblokir Libra.
Gubernur Bank Sentral AS (Federal Reserve) Jerome Powell juga menyarankan agar proyek itu tidak dihentikan sebelum ada pembahasan soal privasi, pencucian uang, perlindungan konsumen dan masalah stabilitas keuangan secara serius.
Dalam pembaruan terbarunya, Asosiasi Libra mengatakan mereka sedang mencari persetujuan untuk koin digital dalam mata uang individu, memperbaiki inisiatif cryptocurrency dalam langkah yang bertujuan untuk meminimalkan gangguan pada sistem moneter global.
Di bawah rencana baru, "stablecoin" yang terpisah akan dibuat dan dipatok ke uang dunia nyata seperti dolar AS dan euro.[]