Operator Seluler Bagikan Data Lokasi, Klaim Privasi Terjaga

Ilustrasi

Cyberthreat.id  - Operator seluler di Italia, Jerman, dan Austria berbagi data lokasi penggunanya untuk membantu memerangi virus corona. Data itu diyakini dapat memantau apakah orang-orang mematuhi pembatasan pergerakan sementara. Pada saat bersamaan, tindakan itu dilakukan dengan tetap menghormati undang-undang privasi Eropa.

Dilansir dari Reuters, data yang disebut anonim dan teragregasi memungkinkan untuk memetakan konsentrasi dan pergerakan orang di 'zona merah'penularan virus corona.

Cara yang dilakukan sejumlah negara di Eropa ini berbeda dengan yang dilakukan China, Taiwan dan Korea Selatan yang menggunakan pembacaan lokasi smartphone untuk melacak kontak individu yang telah dites positif atau untuk membuat orang-orang mematuhi perintah karantina. (Selengkapnya baca: Taiwan Lacak Sinyal Ponsel Agar Karantina Dipatuhi).

Di Jerman, di mana sekolah-sekolah dan restoran tutup dan orang-orang telah diberitahu untuk bekerja di rumah jika mereka bisa, data yang disumbangkan oleh Deutsche Telekom menawarkan wawasan tentang apakah orang mematuhi, kata petugas kesehatan Lothar Wieler.

"Jika orang tetap mobile seperti mereka sampai seminggu yang lalu, akan sulit untuk memutus mata rantai penyebaran virus," kata Wieler, presiden Robert Koch Institute.

Jerman memasuki fase epidemi eksponensial, Wieler menambahkan,tanpa kemajuan dalam mengurangi kontak orang-ke-orang, sebanyak 10 juta orang dapat terinfeksi dalam dua atau tiga bulan.

Hingga Rabu pagi (25 Maret 2020), ada 32.991 orang terinfeksi virus corona di Jerman (3.935 diantaranya kasus terbaru). Dari jumlah itu, 159 diantaranya meninggal dunia dan 3.290 orang dinyatakan sembuh.

Ada pun Italia kini tercatat sebagai negara dengan angka kematian tertinggi di dunia yaitu 6.820 orang, lebih dua kali lipat dari China yang 3.281 orang.  

Namun, pendukung privasi ragu apakah berbagi data pelanggan bermanfaat atau proporsional, bahkan di saat krisis. Misalnya, jika orang tahu ponsel mereka sedang dilacak, mereka bisa saja meninggalkan ponselnya di rumah, sementara orangnya berkeliaran di jalanan.

"Saya sangat meragukan nilai berbagi informasi pelanggan seperti itu," kata anggota oposisi Greens Tabea Roessner.

Di Italia, operator seluler Telecom Italia, Vodafone dan WindTre telah menawarkan data agregat kepada otoritas untuk memantau pergerakan orang.

Wilayah Lombardy menggunakan data itu untuk melihat berapa banyak orang mematuhi kebijakan lockdown. Data menunjukkan, pergerakan yang melebihi 300-500 meter (yard) turun sekitar 60% sejak 21 Februari, ketika kasus pertama ditemukan di daerah Codogno.

"Di mana pun secara teknis memungkinkan, dan secara hukum diizinkan, Vodafone akan bersedia membantu pemerintah dalam mengembangkan wawasan berdasarkan pada kumpulan data besar yang dianonimkan," kata CEO Nick Read.

Austria memberlakukan penguncian lockdown regional setelah penyebaran virus corona di kalangan wisatawan permainan ski di Tyrol yang, ketika mereka pulang, telah menyebarkan infeksi ke seluruh Eropa tengah dan utara.

A1 Telekom Austria Group, perusahaan telepon seluler terbesar di negara itu, berbagi hasil dari aplikasi analisis gerak yang dikembangkan oleh Invenium, sebuah spin-off dari Universitas Teknologi Graz.

Alat ini diklaim mematuhi aturan privasi Uni Eropa, Peraturan Perlindungan Data Umum, yang membatasi pemrosesan data pribadi yang sensitif tanpa persetujuan eksplisit dari pemiliknya.

Invenium menganalisis bagaimana arus orang mempengaruhi kemacetan lalu lintas atau seberapa sibuknya sebuah situs wisata, kata pendiri Michael Cik, tetapi teknologinya sama-sama berlaku untuk menilai efektivitas langkah-langkah untuk mengurangi kontak sosial atau gerakan yang berupaya mengatasi epidemi.

Juru kampanye Austria Max Schrems, yang telah memperjuangkan serangkaian perlawanan hukum atas praktik privasi Facebook, meragukan klaim itu.

"Selama data dianonimkan dengan benar, ini jelas legal," katanya kepada Reuters.

"Tapi jujur ​​saja, di Austria kamu hanya perlu melihat keluar jendela untuk melihat bahwa orang-orang tinggal di rumah."[]