Usai Serangan Ransomware, Direktur TI Baltimore Pilih Mundur

Frank Johnson | Foto: The Baltimore Sun/Ian Duncan

Baltimore, Cyberthreat.id – Di saat kota dilanda kesusahan karena serangan ransomware RobinHood, petinggi departemen teknologi informasi (TI) Pemkot Baltimore justru memilih mundur.

Direktur TI Baltimore, Frank Johnson, dihujani kritik atas kepemimpinannya sejak serangan ransomware melumpuhkan sistem kota pada Mei lalu. Hingga kini, pemkot masih berusaha memulihkan pelayanan seperti sedia kala.

Juru Bicara Pemkot Baltimore, Lester Davis, membenarkan bahwa Johnson telah mengundurkan diri per 1 Oktober lalu. Davis menolak mengomentari alasan kepergian Johnson karena itu urusan dengan bagian kepegawaian.

Posisi direktur berikutnya kini dijabat oleh Wakil Direktur TI, Todd Carter yang bertindak sebagai direktur pelaksana.

Pada 7 Juni lalu, sebulan setelah insiden siber menerja komputer pemkot, saat rapat dengar pendapat Johnson meminta maaf kepada anggota Dewan Kota dan penduduk kota.

"Kami akan meningkatkan komunikasi dalam situasi seperti ini," kata Johnson. "Saya sampaikan permintaan maafku yang tulus."


Berita Terkait:


Serangan itu membuat karyawan kota tidak memiliki akses ke email, menghentikan penjualan real estat di kota, dan tagihan layanan air yang tertunda selama beberapa bulan.

Kantor Anggaran Kota Baltimore memperkirakan serangan itu akan menelan biaya pemulihan sistem kota setidaknya US$ 18,2 juta.

Dalam wawancara sebelumnya dengan The Baltimore Sun, Johnson mengatakan ia mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pertahanan kota setelah insiden siber pada Maret 2018—serangan yang merusak sistem 911.

Namun, setelah serangan ransomware pada Mei lalu, ternyata pemkot mengakui tidak memiliki rencana tertulis atau pedoman khusus untuk diterapkan sebagai langkah perbaikan. Juga, tidak memiliki polis asuransi siber, yang telah membantu kota-kota lain, seperti Atlanta, guna membiayai biaya pemulihan.


Berita Terkait:


Johnson bergabung dengan Pemkot Baltimore sejak era Wali Kota Catherine Pugh pada akhir 2017. Ia adalah pegawai dengan gaji tertinggi nomor dua di Baltimore setelah Ethan Newberg, veteran Departemen Kepolisian Baltimore pada tahun fiskal tahun lalu yang berakhir pada 30 Juni lalu.

Gajinya sebesar US$ 250.000 (Rp 3,54 miliar) per tahun, sedangkan Newberg US 260.775 (Rp 3,6 miliar) per tahun. Namun, Newberg saat ini terkena kasus hukum penyerangan dan pemenjaraan palsu. Gaji polisi di Baltimore memang tinggi karena ada tambahan uang lembur.

Selama tahun fiskal terbaru yang berakhir 30 Juni, Johnson adalah bayaran tertinggi kedua setelah Komisaris Polisi baru Michael Harrison, yang menghasilkan $ 275.000 setahun.

Sementara, Wakil Direktur TI Todd Carter, yang kini direktur pelaksa dan bergabung sejak 6 Mei lalu, memiliki gaji US$ 180.000 (Rp 2,5 miliar).