Ternyata, Indonesia Terus Kembangkan R&D Siber
Jakarta, Cyberthreat.id - Pakar computer engineering Universitas Indonesia (UI), Profesor Kalamullah "Muli" Ramli, mengatakan Indonesia terus berupaya mengembangkan software monitoring keamanan siber. Indonesia, kata dia, harus memiliki konsep cyber situational awareness (CSA) karena batasan antara dunia nyata dan dunia Maya sudah tidak ada lagi ke depan.
CSA menyangkut seluruh sektor kehidupan mulai dari konsep ketahanan dan keamanan nasional hingga ekonomi digital yang menopang kemakmuran dan kesejahteraan bangsa. Indonesia sedang menuju proses tersebut.
"Harus dibentuk koordinasi sebetulnya. Misalnya koordinasi yang sangat intensif membahas semua insiden yang muncul, melakukan assessment atau penilaian dari setiap kelemahan sistem atau vulnerability dipelajari termasuk riset dan pengembangan," kata Muli saat memberikan materi di Seminar dan Workshop bertajuk Peningkatan CSA Memanfaatkan Sistem Deteksi Dini Nasional di Kampus UI, Depok, Jawa Barat, Selasa (10 September 2019).
Muli bersama mahasiswanya bekerja sama dengan berbagai kampus di Tanah Air tengah mengembangkan software Mata Elang yang salah satu fungsinya melakukan monitoring. Ia berharap anak-anak bangsa berlomba mengembangkan software serupa sehingga Indonesia ke depan tidak tergantung lagi kepada asing.
Mata Elang merupakan lanjutan dari Mata Garuda yang pernah dikembangkan Muli saat menjabat sebagai Dirjen di Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTI). Hingga kini Mata Elang sudah menarik minat Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
"Software (Mata Elang) ini kami buat, kembangkan dan siapapun boleh pakai termasuk BSSN tertarik, BPPT tertarik. Ayo kita berlomba-lomba karena SDM Indonesia sangat besar dan tidak kalah, tapi tentu kita harus punya keinginan kuat dan tentu saja peran negara," ujarnya.
Senada, Ketua Indonesia Honey Net Project, Charles Lim, mengatakan tahun 2019 telah memulai CSA lewat kerja sama dengan berbagai pihak. Honey Net Project adalah komunitas cybersecurity yang berpartner dengan BSSN dalam bentuk penelitian bersama hingga riset dan pengembangan (R&D).
"Tahun ini kami sudah mulai CSA. Salah satu tujuannya adalah agar Indonesia memiliki early warning system dan petakan serangan siber," ujarnya kepada Cyberthreat.
Serangan siber yang menyasar Indonesia ke depan terus meningkat. Charles mengatakan seiring perkembangan transformasi digital dan masifnya penggunaan Internet of Thing (IoT), Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA), maka ancaman juga semakin meningkat.
Honey Net sejak 2017 sudah membangun portal yang bisa dimanfaatkan publik lewat honey.bssn.go.id. Portal tersebut, kata dia, memberikan awareness kepada publik terkait serangan siber hingga memetakan pola serangan.
"Kalau software bikinan Prof Muli itu sensornya dipasang di ISP, kalau Honey dipasang di user atau di device user-nya. Kami mengembangkan teknologi sensor dan teknologi analisa data, tapi poinnya adalah bagaimana kita bersinergi, berkoordinasi, bersama-bersama" ujarnya.
Akhir tahun 2019 BSSN mulai mengoperasikan National Security Operation Center (NSOC) yang mengandalkan semua itu open source dan dikembangkan oleh anak-anak bangsa Indonesia.
"Kita harus pasang mindset bahwa memang semua kebutuhan siber nasional dibuat oleh orang Indonesia sendiri, dikembangkan sendiri dan dipakai oleh kita semua."