Waspadalah! Ini 5 Jenis Kejahatan Siber yang Mengintaimu

Waspadalah! Ini 5 Jenis Kejahatan Siber yang Mengintaimu

Jakarta, Cyberthreat.Id - Di mana ada gula, di situ ada semut. Di dunia teknologi, pameo ini juga berlaku. Saat perkembangan teknologi digital memberikan banyak kemudahan, para penjahat siber juga menebar ancaman. Yang diserang, mulai dari perusahaan besar hingga individu yang tak paham bagaimana teknologi digital bekerja.

Perusahaan konsultan manajemen multinasional Grant Thornton merilis  laporan "Cyber Security: The Board Report 2019" untuk mengidentifikasi apa saja ancaman siber terkini.

Statistik mencatat bahwa dua pertiga dari bisnis menengah/besar mengalami setidaknya satu penyusupan atau serangan siber dalam 12 bulan terakhir. Sebanyak 73% dari 500 perusahaan yang disurvei melaporkan kerugian hingga 25% dari pendapatan akibat serangan siber yang terjadi.

“Kelompok penjahat siber cenderung menargetkan perusahaan menengah. Perusahan besar mungkin memiliki dana yang lebih besar untuk membayar tebusan, namun mereka juga memiliki sumberdaya yang lebih memadai untuk membangun pertahanan siber yang lebih kuat,” kata Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani, dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 27 Agustus 2019.

"Perkembangan teknologi yang sangat cepat mendorong pentingnya para pemimpin perusahaan untuk mengetahui kemungkinan ancaman siber serta menyiapkan berbagai strategi untuk menghadapinya. Para petinggi perusahaan juga harus memastikan pengetahuan mengenai ancaman siber serta kerahasiaan data dimiliki oleh seluruh pegawai," tambah Johanna Gani.

Inilah lima serang siber yang paling sering terjadi menurut Grant Thornton

1. Ransomware

Penyerang menginstal perangkat lunak ke komputer yang terhubungan dengan jaringan internet untuk mematikan sistem bisnis atau membuat bisnis menjadi offline atau luring. Pelaku biasanya aka meminta tebusan dibayar sebelum 'ransomware' dihapus atau dinonaktifkan. Dalam variasinya, penyerang mengancam membuat data korup sehingga tidak dapat digunakan jika uang tebusan tidak dibayarkan.

2. Pencurian data

Penyerang mencuri data pelanggan dan menjualnya ke  pihak lain yang kemudian melakukan pencurian identitas. Atau, mereka meminta sejumlah uang tebusan untuk mengembalikan data yang dicuri tadi.

3. Penyamaran sebagai CEO atau petinggi perusahaan lain

Pengintaian secara online atas data publik memungkinkan pelaku kejahatan menyamar sebagai CEO atau direktur keuangan. Pelaku kemudian dapat meminta perubahan detil pembayaran pada faktur dan mengalihkan pembayaran ke akun mereka sendiri.

4. Penambangan bitcoin

Bentuk kejahatan siber yang relatif baru tetapi semakin sering terjadi adalah penambangan bitcoin. Penyerang memasang perangkat lunak pada sistem TI (Teknologi Informasi) perusahaan dan membajak prosesor untuk menghasilkan mata uang kripto. Akibatnya, sistem bisnis segera melambat atau berhenti.

5. Pencurian Intelectual Property

Spionase tidak terbatas pada aksi mata-mata di suatu negara. Spionase industri adalah ancaman nyata, dengan perusahaan ambisius yang menargetkan sistem perusahaan saingan untuk mencuri Intelectual Property.

10 Artikel Terpopuler:

1. Canggih, Aplikasi Ini Jembatani Pencari Kerja Lulusan SMK

2. Peretas China Bobol Situs Web Data Kesehatan di India

3. Koneksi Wi-fi Publik Gratis Bahaya! Ini Video Penjelasannya

4. Mengenal Dua Calon Ibukota Baru RI Lewat Google Maps

5. Jangan 'Gali Lubang Tutup Lubang' di Pinjol, Ini Risikonya!

6. Umumkan Calon Ibukota Baru, Jokowi Nulis Begini di Facebook

7. Lahir di Depok,Cyberjek Belum Tersedia di Android dan iPhone

8. Ojol Cyberjek Janjikan Kesejahteraan dan Perlindungan Mitra

9. Arie Kriting dan Acho: Jangan Batasi Hak Masyarakat Papua

10. Kocak! Meme Pindah Ibu Kota ala Netizen yang Bikin Ngakak