Wartawan Frustrasi Akses Internet Kashmir Diblokir

Kondisi di Srinagar di Kashmir. | Foto: AP/Dawn.com

Srinagar, Cyberthreat.id – Wilayah Kashmir memiliki hampir 180 surat kabar harian berbahasa Inggris dan Urdu, tetapi hanya lima koran yang terbit pada Jumat (9 Agustus 2019) lalu.

Di Srinagar, wartawan dan fotografer juga kesulitan bekerja tanpa izin untuk melewati pos pemeriksaan keamanan.

Setelah status otonomi negara bagian tersebut dicabut pada 5 Agustus lalu, pemerintah India memblokir saluran telekomunikasi di Kashmir dan Jammu, baik televisi, telepon, maupun internet untuk mencegah kerusuhan.

Kondisi Kashmir seperti kota mati. Sulit mengakses informasi ke negara bagian yang mayoritas berpenduduk Muslim tersebut. Reuters yang diakses Senin (12 Agustus) melaporkan, para jurnalis mengalami frustrasi dengan kondisi akses telekomunikasi yang diblokir.

"Ini kisah terbesar dari generasi kami dan kami belum dapat melaporkannya," kata Faisul Yaseen, associate editor Rising Kashmir, salah satu dari segelintir surat kabar yang masih terbit.


Berita Terkait: 


Dengan saluran telepon dan layanan internet diblokir enam editor dan wartawan surat kabar mengatakan kepada Reuters bahwa mereka tidak memiliki cara untuk mengakses laporan kawat atau sumber berita online dari luar negeri. Bahkan, untuk mengontak koresponden mereka di distrik dan mencari komentar dari pejabat pemerintah, wartawan kesulitan akses.

Hanya lima surat kabar dari 174 harian yang diterbitkan, menurut distributor surat kabar Mansoor Ahmed. Koran-koran didistribusikan dalam radius lima kilometer dari Lambert Lane, pusat surat kabar utama di wilayah itu karena ada pembatasan pergerakan yang ketat.

Dengan kondisi seperti itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri India menyatakan, tidak ada batasan pada pers.

“Tidak ada yang dilarang atau berhenti mempublikasikan apa pun. Sekarang, karena kendala logistik jika mereka tidak dapat mempublikasikannya, itu masalah yang berbeda, ”kata juru bicara itu.

Dari edisi 12 halaman, Rising Kashmir kini hanya terbit dengan empat halaman, sebagian besar bersumber dari beberapa saluran berita TV nasional dan empat wartawan yang telah tinggal dan bekerja dari kantor Rising Kashmir.

Untuk urusan tata letak perwajahan koran, mereka menyerahkan kepada pers di pinggiran kota di malam hari ketika pembatasan gerakan di beberapa bagian sedikit diperlonggar.