Ini Cara Gamers Monetisasi Konten

Presiden Indonesia Esports Premier League (IESPL) Giring Ganesha | Foto : Eman Sulaeman/Cyberthreat.id

Jakarta,Cyberthreat.id - Perkembangan industri games di Tanah Air terus bertumbuh setiap tahunnya. Menurut data dari Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf), pada 2018, nilai pasar industri games di Tanah Air mencapai US$ 1 Miliar.

Sayangnya, dari jumlah tersebut, para game developer lokal bar mampu meng-capture nilai pasar tersebut sebesar 0,4% saja. Bekraf dan para pelaku industri games lokal pun bertekad untuk terus mengembangkan potensi developer game lokal, sehingga ditargetkan untuk bisa meng-capture nilai pasar tersebut sebesar 20% dalam beberapa tahun ke depan.

Nah, salah satu cara yang bakal dilakukan oleh para game developer lokal adalah bagaimana memonetisasi konten-konten game tersebut, sehingga bisa memperoleh revenue.

Presiden Indonesia Esports Premier League (IESPL), sebuah organisasi liga Esports pertama dan terbesar  di Indonesia  Giring  Ganesha mengatakan, ada dua cara para pelaku industri games mendapatkan revenue melalui konten game, yaitu melalui cara direct dan indirect.

Yang dimaksudkan dengan direct adalah, pengguna membeli secara langsung, melalui download aplikasi game yang terdapat di Google Play Store maupun Apple Store. “Orang beli langsung, download, dan bayar,” kata Giring di Jakarta, Rabu, (7 Agustus 2019).

Selain itu, terdapat pengguna yang berlangganan dengan kategori premium. Pengguna jenis ini, mereka melakukan download secara gratis, lalu memainkan game tersebut, dan akhirnya baru dipotong pembayarannya. “Download gratis, main dulu, lalu kena purchase,” ujar Giring.

Selanjutnya, adalah jenis game yang disisipkan iklan di tengah-tengahnya. Yang mana, ketika pengguna sedang bermain game, akan muncul jeda iklan di tengahnya. “Main gratis, nanti di tengahnya, dalam beberapa menit akan muncul iklan,” kata Giring.

Sedangkan, monetisasi indirect, jika konten game tersebut memiliki kualitas yang bagus, memiliki banyak pengguna dan penggemar, dan menjadi terkenal, maka akan bisa dijadikan film. Namun, jenis ini harus ada pihak yang publisher yang tertarik untuk dijadikan film.

Selain itu, revenue juga bisa didapat melalui merchandise dari tim game tersebut, atau dari para pemain game sendiri. Juga kalau sudah dijadikan film, akan mendapatkan royalti dari konten games tersebut.

“Atlet sendiri kalau mereka sadar, bahwa mereka itu telah menjadi brand, maka banyak peluang untuk monetisasinya. Bisa dari broadchaster-nya, atau dari cahster-nya juga. Jadi, industri games itu memiliki banyak koneksinya, lapangan kerja juga akan banyak, terutama bagi mereka yang memiliki passion ke situ,” tegas Giring.