Pasar Industri Games Indonesia Capai US$ 1 Miliar pada 2018

Hari Santosa Sungkari, Deputi Infrastruktur Bekraf | Foto : Eman Sulaeman/Cyberthreat.id

Jakarta, Cyberthreat.id - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia melaporkan, nilai pasar industri games di Indonesia mencapai US$ 1 miliar pada 2018. Jumlah tersebut menempatkan Indonesia di peringkat 16 terbesar sedunia sebagai pasar games.

Sayangnya, jumlah nilai pasar yang besar tersebut, tidak ditopang oleh jumlah pendapatan yang dapat diraih oleh para developer games di Indonesia. Developer games di Indonesia, hanya mampu meng-capture nilai pasar tersebut sebesar 0,4 persen saja. Pasalnya, industri games di Indonesia masih didominasi oleh game-game yang berasal dari luar negeri.

Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Santosa Sungkari mengatakan, potensi pasar industri games di Indonesia sangat besar. Namun, game-game yang beredar di Indonesia masih didominasi oleh game yang dikembangkan oleh developer dari luar negeri.

“Nilai industri games di Indonesia sebesar US$ 1 Miliar 2018.  Padahal pada 2015 itu, baru sebesar US$ 480 juta. Bayangkan, pertumbuhannya cepat sekali. Potensinya juga sangat besar. Tetapi, yang dinikmati oleh game developer Indonesia hanya 0,4% dari itu. Masih sedikit sekali. Jadi, target kita, setidaknya kita bisa capture 20% dari jumlah itu (US$ 1 M) dalam beberapa tahun ke depan,” kata Hari di Jakarta, Rabu, (7 Agustus 2019).

Menurut Hari lambannya pertumbuhan industri lokal disebabkan, karena minat investor terhadap industri games masih kecil. Investor belum cukup tertarik untuk menanamkan modal di industri games.

“Investor Indonesia, nunggu kalau orang (Investor asing) masuk, baru dia ikutan. Dulu kayak Gojek,Tokopedia, kan yang invest dari Tencent, dari Alibaba. Di situ baru konglomerat Indonesia invest. Indonesia selalu begitu. Kalau invest dari luar negeri, baru dia masuk. Tetapi, kalau kami yang meyakinkan, sesama orang Indonesia yang meyakinkan, kadang, harus ada cara-cara kreatif,” ujar Hari.

Hari menambahkan, saat ini, jumlah invetasi yang masuk ke industri games di Indonesia, setiap tahunnya baru berkisar US$ 2 juta. Jika dibandingkan dengan nilai investasi yang didapatkan oleh startup yang kemudian menjadi unicorn, itu sekitar US$1 Miliar per tahun.

“Harusnya kita ngejar, setiap tahun itu, investasi di industri games itu bisa mencapai US$ 80 juta. Itu baru ramai. Tetapi memang kita terus berupaya untuk membuka pasar keluar negeri, melalui Bussines to Bussiness (B2B) dengan para publisher di negeri. Jadi, nanti kerjsamanya lebih pada B2B,” ungkap Hari.

Hari menuturkan, Bekraf terus berupaya untuk mendorong perkembangan industri games di Indonesia. Adapun upaya yang dilakukan oleh Bekraf, selain membuka pasar ke luar negeri, Bekraf juga berusaha untuk membangun industri games di Indonesia, mulai dari hulu ke hilir.

Beberapa hal yang sudah dilakukan Bekraf, diantaranya, menyelanggarakan serta memfasilitasi turnamen games di Indonesia, seperti ajang IESL, lalu mengirim para gamers untuk bertanding ke luar negeri, seperti di ajang games connection dan lainnya.

Lalu, memberikan insentif kepada perusahaan games lokal, seperti subisidi penyewaan co working space yang khusus untuk gamers, dengan segala ketersediaan perangkatnya, serta membantu untuk mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), untuk mendapatkan lisensi, dan sebagainya.

“Memang kita berusaha untuk membangun ekosistem ini dari hulu ke hilir. Karena, melalui cara itu, saya yakin, industri games kita akan terus bertumbuh ke depannya. Setidaknya, industri games kita adapat dilirik oleh publisher terkenal, sehingga bisa di monotize,” ungkap Hari.