Survei : GoJek Lebih Dipilih Konsumen Ketimbang Grab

Driver Gojek dan Grab | Foto : Finroll.com

Jakarta,Cyberthreat.id -  Komunitas Konsumen Indonesia  (KKI) melakukan survei yang bertajuk Preferensi Konsumenterhadap Layanan Moda Transportasi Darat Urban di Indonesia.

Untuk kategori layanan transportasi online, hasil survei menyimpulkan, layanan Gojek lebih dipilih konsumen ketimbang Grab. Persentasenya, Gojek dipilih konsumen sebesar 36% dan Grab 32%. Sedangkan, yang memakai jasa layanan keduanya sebesar 32%.

Survei yang dilakukan selama periode Februari-April 2019 dengan melibatkan 625 responden yang berada di
15 Kabupaten/Kota di 6 Provinsi, yaitu DKI Jakarta, Banten, Bali, Sumatera Barat, Jawa Barat dan Jawa Tengah, tersebut juga menyebutkan, faktor yang menyebabkan konsumen lebih memilih Gojek.

Disebutkan,  layanan Go-Ride dari Go-Jek dinilai lebih aman (56%), lebih dapat diandalkan (55%), lebih ramah (53%) serta lebih nyaman dan bersih (53%).

Sementara kompetitornya di industri ini, Grab Bike,  diapresiasi dengan skor 44% untuk aspek keamanan, 45% pada aspek  kehandalan layanan, 47% pada aspek keramahan, dan 47% pada aspek kenyamanan dan kebersihan.

“Di satu sisi, survei mencatat preferensi konsumen untuk memilih layanan Grab lebih tinggi pada aspek
keterjangkauan tarif (lebih murah), yakni mencapai 53%, dibandingkan Go-Jek yang mencatat angka 47%,” kata  David M.L. Tobing, Ketua KKI melalui siaran pers, Selasa, (30 Juli 20190.

Kemudian, perbandingan pemenuhan hak konsumen ini juga semakin terlihat jelas pada layanan taksi online. Di antara pengguna taksi online, Go-Jek memiliki tingkat preferensi konsumen lebih tinggi daripada Grab pada semua aspek, yaitu pada aspek keterjangkauan tarif (54%), aspek  keamanan (59%), kehandalan layanan (60%), keramahan (57%), dan kenyamanan serta kebersihan (59%).

David melanjutkan, tingkat penggunaan yang tinggi pada layanan transportasi online ternyata juga diikuti oleh risiko keamanan dan keselamatan. Risiko dialami konsumen itu terkait kecelakaan, kekerasan, pelecehan dan kehilangan.

"Berdasarkan survei KKI, kami temukan konsumen yang mengaku menghadapi risiko ini lebih banyak dialami saat menggunakan jasa Grab daripada Go-Jek. Maka berdasarkan pengalaman konsumen terkait risiko kecelakaan dan keselamatan yang dialami itu, mereka mengaku lebih sering menggunakan layanan Go-Jek karena memiliki risiko yang lebih rendah,” jelas David.

KKI juga mencatat dalam surveinya, bahwa jumlah penumpang yang mengaku pernah mengalami kecelakaan pada layanan Grab-Bike tercatat lebih tinggi, yaitu mencapai 8,8% daripada yang terjadi di layanan Go-Ride 6,6%.

Selain itu, responden yang mengakui pernah mengalami kekerasan pada layanan Grab-Bike juga tercatat lebih tinggi, yaitu mencapai 6,4% daripada yang dialami pada layanan Go-Ride (5,3%).

Sementara itu, perbandingan tingkat risiko keamanan di Taksi Online yang dioperasikan oleh kedua aplikator tersebut semakin jauh, di mana Grab-Car memiliki tingkat risiko kecelakaan nyaris dua kali lipat lebih tinggi daripada risiko yang pernah dialami responden pengguna layanan Go-Car, yaitu 3,7% berbanding 1,9%.

Demikian juga pada risiko pelecehan, jumlah pengguna Grab-Car yang mengaku mengalami pelecehan tercatat nyaris dua kali lipat lebih tinggi, yaitu 3,5% dibandingkan jumlah pengguna layanan Go-Car (1,9%).