Roller Coster BlackBerry Menuju Mati

BlackBerry Messenger | Foto: thenextweb.com

Cyberthreat.id – BlackBerry masuk Indonesia akhir 2004. Indosat membawa ponsel yang sedang ngetren di dunia. Telkomsel dan Excelcom pun turut serta meramaikan pasar ponsel pintar itu.

Sebetulnya perusahaan asal Kanada itu telah lama berdiri, yaitu pada 1984. Didirikan oleh Mike Lazaridis  dan Doug Fregin di Waterloo, Ontario.

Sebelum berubah nama menjadi BlackBerry Limited, nama perusahaan mereka ialah  Research In Motion (RIM) yang bergerak di bidang telekomunikasi. Pada 1999, mereka pertama kali merilis “Pager” pertama yang mampu mengirimkan email.

Cikal bakal RIM Motion bermula dari Universitas Waterloo. RIM pertama kali diluncurkan sebagai bisnis konsultasi perangkat lunak dan ilmu komputer, tetapi pada 1988, mereka mengembangkan sistem transmisi data nirkabel yang akan digunakan yaitu “Pager” dan pembayaran nirkabel. Ini menjadikan mereka sebagai organisasi yang pertama bekerja pada teknologi semacan itu di Amerika Utara (AS dan Kanada). Teknologi ini pada akhirnya memberikan landasan bagi smartphone BlackBerry.

Jim Balsillie, seorang pria berusia 31 tahun, luluran Harvard Business School, tertarik atas teknologi canggih RIM. Membawa uang segar sebesar US$125.000, dia bergabung sebagai co-founder di RIM.

Setelah itu, mereka menciptakan perangkat pertama kali bernama RIM Inter@ctive Pager 900, diperkenalkan pada 1996. Pager dua arah dilengkapi dengan keyboard QWERTY dan mampu mengirim faks dan email.

Ketika sampai pada penamaan perangkat, tingkat eksekutif membahasnya. Karena nama keyboard-nya menyerupai biji stroberi, nama buah dan sayuran, akhirnya ditentukanlah nama: BlackBerry.

Sekitar satu dekade BlackBerry bersaing ketat dengan Nokia. Dan, mereka mampu menjadi pemimpin pasar ponsel di 2002 hingga 2013. Pada 2007, saham BlackBerry mencapai puncaknya hingga menyentuh angka US$200.

Namun, di tahun yang sama itu, Steve Jobs dari Apple mengenalkan sebuah batang ponsel bernama: iPhone. Ponsel ini memiliki layar sentuh, jauh berbeda dengan BlackBerry dan Nokia. Merasa aman dengan pesaingnya, BlackBerry tetap menjalankan bisnis seperti biasa.

Ketika Google mengeluarkan sistem operasi Android. Peta persaingan menjadi makin tidak karuan. BlackBerry memang di awal-awal Android datang, merasa masih kuat. Bahkan, mengejek iPhone bahwa BlackBerry tak pakai layar sentuh, karena orang-orang suka dengan perangkat fisik. Namun, prediksi itu nol besar. Mereka menjila ludah sendiri ketika menelurkan BlackBerry Bold yang memakai fitur sentuh jari pengguna.

Meski pada 2009-2010 mendominiasi pasar, iPhone dan Android tiba-tiba mulai mendapat peminat. Terlebih pada 2008, BlackBerry Strom mengalami kegagalan besar. Inilah tahun-tahun mendekati kiamat kecil pertama BlackBerry.

Gangguan

Pada 2010, puluhan Juta pengguna BlackBerry di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika tidak dapat menerima atau mengirim email dan pesan melalui ponsel mereka, menyusul ada gangguan pada sistem server perusahaan induk RIM.

Penyebab pemadaman tidak diketahui, tetapi seorang mantan karyawan RIM mengatakan kepada The Guardian bahwa RIM telah mengabaikan masalah pada arsitektur server-nya.

Pada Juli 2011, perusahaan mengalami kegalauan besar. Raksasa smartphone itu mengumukan telah menghentikan 2.000 karyawan, inilah musim PHK terbesar sepanjang sejarah. Karyawan RIM pun menjadi 17.000 orang.

Terhimpit masalah karyawan, penjualan BlackBerry dan tablet PlayBook juga sangat mengecewakan selama kuartal terakhir tahun itu. Laba tahunan mereka pun menurun.

RIM kehilangan pasarnya di seluruh dunia karena popularitas iPhone dan Android. Pada 16 Desember 2011, saham RIM jatuh ke harga terendah sebesar 77 persen menjadi saham terendah sejak Januari 2004. Ini kiamat kecil kedua.

Pada 19 Desember 2011 menyusul laporan menurunnya laba yang mengecewakan terhadap BlackBerry hingga tertunda peluncuran BlackBerry 10. BlackBerry 10 inilah sebagai produk yang diharapkan perusahaan untuk bangkit, tapi nihil.

Pada 22 Januari 2012, RIM menyatakan bahwa CEO Jim Balsillie dan Mike Lazaridis mengundurkan diri dan digantikan oleh Thorsten Heins.

Pada kuartal keempat, 3 Maret 2012, RIM berhasil menjual 11,1 juta perangkat BlackBerry, 21 persen lebih sedikit dibandingkan kuartal sebelumnya dan merupakan penurunan pertama dalam kuartal Natal sejak 2006.

Pada kuartal keempatnya, RIM menyatakan rugi bersih US$125 juta (kerugian sebelumnya terjadi pada kuartal keempat 2005). Kala itu Reuters menyebut RIM sebagai salah satu perusahaan dengan kerugian pasar dunia terbesar pada 2011 akibat meledaknya popularitas Samsung dan HTC dengan Android OS.

Pada 2013 Thorsten Heins digantikan oleh John S Cen sebagai CEO ketika meluncurkan sistem operasi BlackBerry 10 ke smartphone BlackBerry Z10. Di tahun itu, fitur BlackBerry Messenger dirilis untuk ponsel Android dan iOS. RIM juga berubab nama menjadi BlackBerry.

Sejak 2013 hingga 2021 memang ada inovasi baru dari perusahaan untuk bertahan dari gempuran iOS dan Android.

Pada 2016, BlackBerry bermitra lisensi dengan TCL Communication untuk pasar global dan Optiemus Infracom di India, bahkan menggandeng perusahaan Indonesia PT Tiphone dengan mendirikan perusahaan joint venture bernama PT BlackBerry Merah Putih. Muncullah BlackBerry Aurora sebagai produksi lokal Indonesia. Tiphone adalah pemegang lisensi resmi smartphone BlackBerry di Indonesia—mereka berhak memproduksi, mempromosikan, dan menyediakan layanan. PT Emtek juga mendapatkan lisensi untuk aplikasi BBM dipakai di lokal. Tapi, pasar BlackBerry tak sesuai harapan dan terus menurun.

Pada Februari 2020, TCL mengumumkan tak lagi memproduksi ponsel BlackBerry. Pemegang lisensi merek lain juga berhenti dua tahun lebih awal dari TCL atau tepatnya Oktober 2018. BlackBerry Key2 LE adalah produk terkahir mereka.

Startup OnwardMobility yang berbasis di Texas pada 2020 sempat kesengsem untuk meluncurkan ponsel BlackBerry 5G pada 2021. Namun model itu tak kunjung muncul.

Pada 22 Desember 2021, mereka mengatakan akan lebih fokus untuk mengembangkan perangkat lunak dan layanan keamanan cerdas (intelligent security) untuk perusahaan dan pemerintah di seluruh dunia.

Pengumuman itu sekaligus mematikan sistem operasi BlackBerry. Keputusan yang telah dipikirkan masak-masak oleh perusahaan. Begitulah, roller coster hidup BlackBerry hingga tiba kematian sesungguhnya, menyusul Nokia yang pernah “dimatikannya”. (Baca: Sistem Operasi BlackBerry Tamat Per 4 Januari)

Sumber: The Canadian Encyclopedia | The NewYorker | Digital.hbs.edu | Guardian | CNN | Bloomberg | ZDNet | CBC | Reuters

Redaktur: Andi Nugroho