Facebook Buka Data 1,3 Juta Iklan Politik Tertarget untuk Peneliti, Joe Biden Pengiklan Rp1,5 Triliun
Cyberthreat.id - Setelah bertahun-tahun diminta, Facebook akhirnya bersedia membagikan data siapa yang menjadi target pengiklan dalam iklan politik dan isu-isu sosial yang dipasang di Facebook dan Instagram. Sebelumnya Facebook hanya membagikan data kepada publik tentang siapa yang melihat iklannya.
Seperti diumumkan di situsnya pada Senin (25 Januari 2021), Facebook merilis data melalui program Facebook Open Research and Transparency, sebuah proyek yang diluncurkan tahun lalu dengan harapan memberi peneliti akses yang aman ke data Facebook.
Untuk pertama kalinya para peneliti mulai 1 Februari 2021, dapat mengakses datanya melalui platform yang dapat diakses secara online.
Sebelumnya, Facebook sempat menolak permintaan data dari peneliti dan menyebabkan akademisi membangun alatnya sendiri untuk memantau informasi penargetan iklan politik. Baru-baru ini, Facebook mengirimkan permintaan kepada para peneliti di Universitas New York untuk menghentikan alat pemantauan iklan mereka.
Dengan tersedianya fasilitas ini, para peneliti bisa melihat materi iklan yang telah dan sedang ditayangkan, termasuk informasi tentang kinerja iklan sepeti berapa biaya yang dikeluarkan, berapa banyak orang yang dijangkau, dan informasi demografis tentang siapa yang melihat iklan.
"Kami telah mendengar masukan terutama dari komunitas akademis, memahami bagaimana pengiklan memilih untuk menargetkan audiens adalah kunci untuk mempelajari lebih lanjut tentang dampak iklan digital pada acara tertentu seperti pemilu," tulis Facebook.
Saat ini, kata Facebook, tersedia lebih dari 1,3 juta iklan terkait isu sosial, iklan pemilu, dan politik.
"Kami membuat alat ini agar peneliti akademis dapat mempelajari dampak produk Facebook pada pemilu, dan menyertakan langkah-langkah untuk melindungi privasi orang-orang dan menjaga keamanan platform. Paket data ini termasuk iklan yang tayang selama periode tiga bulan sebelum hari pemilu (AS), mulai 3 Agustus hingga 3 November 2020," tambah Facebook.
Facebook menambahkan, dengan membuat kriteria penargetan iklan (seperti lokasi yang disasar dan orang dengan minat tertentu yang ditargetkan oleh pemasang iklan terkait isu sosial, pemilu atau politik) tersedia untuk analisis dan pelaporan, diharapkan dapat membantu orang lebih memahami praktik yang digunakan untuk menjangkau calon pemilih di Facebook.
"Kami menyadari bahwa memahami lanskap periklanan politik online adalah kunci untuk melindungi pemilu, dan kami tahu kami tidak dapat melakukannya sendiri. Kami menyambut baik kesempatan untuk bermitra dengan komunitas akademis untuk lebih memahami dampak iklan digital pada pemilu AS 2020," tulis Facebook.
Untuk mendapatkan akses ke Facebook Open Research and Transparency (FORT), peneliti diminta mendaftarkan diri terlebih dahulu dengan mengisi formulir yang meminta informasi nama, email, dan nama universitas di link ini: Pendaftaran Akses ke Dataset Iklan Tertarget Facebook
Pelacak Pembelanjaan Pemilu AS 2020
Selain itu, mulai 1 Februari, data Pelacak Pembelanjaan Pemilu AS 2020 yang saat ini tersedia di Galeri Iklan akan dipindahkan ke laman Pemilu, tempat informasinya tersedia untuk diunduh.
Data itu memungkinkan para peneliti, akademisi, dan lainnya melihat berapa banyak belanja iklan yang dihabiskan di Facebook oleh calon presiden, senat, dan DPR selama tahun 2020.
Orang-orang yang mengunjungi Perpustakaan Iklan akan dapat membandingkan total belanja iklan untuk Halaman mana pun, termasuk mereka yang mewakili kandidat masa depan atau pejabat terpilih saat ini, menjalankan iklan isu sosial, pemilu atau politik.
"Visualisasi perbandingan pembelanjaan akan tersedia untuk rentang tanggal yang ditetapkan termasuk: hari terakhir, 7 hari terakhir, 30 hari terakhir, dan 90 hari terakhir. Iklan tentang masalah sosial, pemilu, atau politik yang berjalan di Facebook dan Instagram akan terus diarsipkan dan tersedia untuk umum selama tujuh tahun di Galeri Iklan dan Ad Library API," tulis Facebook.
Sebagai contoh, Facebook menampilkan data jumlah uang yang dihabiskan oleh dua pasangan kandidat presiden dalam Pilpres 2020 lalu yakni pasangan Joe Biden/Kamala Harris dan Donald Trump/Mike Pence. Ternyata, Joe Biden menghabiskan belanja iklan terbanyak yakni US$1,3 juta, atau setara hampir Rp1,5 triliun. Sementara Donald Trump membelanjakan Rp1,3 triliun hanya untuk beriklan di Facebook.[]