AS Sebut Huawei Layakanya Tokoh ‘Big Brother’ ala Orwell di Novel 1984

Ilustrasi | Foto: opentheoryproject.wordpress.com

Cyberthreat.id – Amerika Serikat terus mempropagandakan ancaman siber yang bisa ditimbulkan oleh peralatan telekomunikasi China, seperti milik Huawei Technologies.

Dalam kunjungan ke Brasil pada pekan lalu, Wakil Menteri Luar Negeri AS bidang ekonomi, energi, dan lingkungan, Keith Krach, mengatakan spionase yang dilakukan oleh China melalui teknologi 5G-nya ibarat karakter Big Brother dalam novel 1984 karya George Orwell.

Krach mendesak agar Brasil meninggalkan peralatan 5G Huawei dalam proyek jaringan 5G-nya. Desakan tersebut membuahkan hasil karena Brasil akhirnya meneken program “Clean Network” usulan AS.

“Clean Network” adalah aliansi digital global yang mengecualikan teknologi telekomunikasi asal China karena dianggap ancaman keamanan nasional. Berkali-kali, Huawei membantah peralatannya dipakai untuk spionase intelijen China. Perusahaan juga menyatakan tak ada kaitan dengan pemerintah China.


Berita terkait:


Menurut Krach, jika sebuah negara tak memiliki jaringan sipil yang aman, perusahaan-perusahaan multinasional bisa “semakin menjauh”; karena data dan kekayaan intelektual mereka berisiko untuk dicuri.

"Kisah tentang Partai Komunis China ... ini adalah ancaman nyata dan mendesak bagi demokrasi seperti yang kita miliki di seluruh dunia," kata Krach dalam pidato tentang keamanan ekonomi di lembaga pemikir Getulio Vargas Foundation di Brasil.

“Mereka (China) mencoba mengekspor ‘diktator’ dengan alat pengawasan mereka. Ini adalah perpanjangan dari pengawasan Big Brother ala Orwell dalam novel 1984," katanya tanpa memberikan bukti, seperti dikutip dari Reuters, diakses Kamis (12 November 2020)

Brasil menjadi negara ke-50 yang ikut serta dalam program tersebut. Selain itu, AS mengklaim telah ada 170 perusahaan telepon, dan banyak perusahaan teknologi tinggi terkemuka di dunia.

AS juga menambahkan, program itu juga telah didukung 27 negara dari 30 negara sekutu NATO, 31 dari 37 anggota Organisation for Economic Co-operation and Developtmen (OECD), 26 dari 27 anggota Uni Eropa, dan 11 dari 12 negara Baltik.

Pemerintah AS telah menawarkan keuangan kepada perusahaan telekomunikasi Brasil untuk mendorong mereka membeli dari penyedia Barat seperti Nokia dan Ericsson, bukan Huawei.

Namun, pada Jumat pekan lalu, empat perusahaan telekomunikasi teratas Brasil, yang sudah menguji peralatan Huawei menjelang lelang konsesi spektrum 5G tahun depan, menolak undangan Kedutaan AS untuk bertemu Krach di Sao Paulo. Menurut sumber Reuters, empat perusahaan telco itu menlai bahwa undangan itu "tidak sesuai dengan pilihan pasar bebas.[] (Baca: Menyusul Desakan Larangan Perangkat Huawei, Empat Telco Brasil Tolak Undangan AS)