Terkena Pelanggaran Data, Lazada Klaim Pengguna Indonesia Aman

Foto: vulcanpost.com

Cyberthreat.id – Platform pasar daring asal Singapura, Lazada, mengatakan pada Jumat (30 Oktober 2020), bahwa sebanyak 1,1 juta akun pelanggan terkena peretasan.

Informasi pribadi yang kemungkinan terpengaruh dalam insiden siber tersebut, seperti alamat email dan fisik, nomor telepon, nama pengguna, kata sandi terenkripsi, dan sebagian nomor kartu kredit.

Kejadian tersebut termasuk insiden pelanggaran data besar di negara berpenduduk 5,7 juta jiwa tersebut, tulis Reuters, diakses Sabtu (31 Oktober).

Melalui email, perusahaan milik Alibaba itu mengatakan bahwa informasi yang bocor tersebut diambil dari database pelanggan RedMart, lengan bisnis Lazada, yang sudah lebih dari 18 bulan tak dipakai lagi.

Perusahaan mengatakan telah memblokir akses ke database dan data pelanggan saat ini tidak terpengaruh.

"Kami dapat memastikan bahwa data para pelanggan Lazada di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, tidak terpengaruh oleh kejadian ini," kata Lazada, dalam keterangan resmi seperti dikutip dari Antaranews.com, Sabtu.

Lazada menemukan upaya peretasan tersebut pada 29 Oktober lalu di Singapura. Basis data RedMart itu di-hosting oleh penyedia layanan pihak ketiga.

"Data pelanggan yang di-hosting tersebut sudah habis masa pelayanannya selama lebih dari 18 bulan dan terakhir diperbarui pada Maret 2019," kata Lazada.

"Data ini digunakan di aplikasi dan situs web RedMart sebelumnya, yang sekarang sudah tidak lagi digunakan," Lazada menambahkan.[]