Serangan ‘DDoS extortions’ sedang Menjadi Tren Global

Ilustrasi. | Foto: freepik.com

Cyberthreat.id – Perusahaan keamanan siber asal Israel, Radware, mengklaim telah mengamati tren global serangan Distributed Denial of Service (DDoS) yang saat ini sedang berjalan.

Tren baru serangan DDoS kali ini adalah mereka meniru geng peretas ransomware, yaitu meminta uang tebusan jika ingin serangan dihentikan.

Operasi mereka menargetkan binis di sektor e-commerce, keuangan, dan agen perjalanan. (Baca: Penyedia Layanan Keuangan Terkemuka di Dunia Diserang Penjahat ‘DDoS extortions’)

Radware melacak para peretas ini sejak pertengahan Agustus lalu. Target serangan yang diamati berada di Amerika Utara, Asia Pasifik, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika, demikian seperti dikutip dari Infosecurity Magazine, diakses Kamis (3 September 2020).

DDoS adalah serangan yang membanjiri server sebuah situs web yang ditargetkan dengan lalu lintas kunjungan palsu; biasanya berupa botnet yang dikendalikan dari jarak jauh. (Baca: Memahami Beda Botnet dan Malware)

Menurut Radware, peretas mengirimi email permintaan uang tebusan kepada korban dan mengaku sebagai grup peretas terkenal, seperti Fancy Bear, Lazarus Group, dan Armada Collective.

Dalam email permintaan tebusan itu, peretas akan meluncurkan serangan DDoS dengan volume lalu lintas sebesar 2 terabita per detik jika pembayaran antara 10 hingga 20 Bitcoin (setara US$ 113.000 hingga US$ 226.000). Mereka juga mengancam akan menaikkan tebusan sebesar 10 Bitcoin setiap tenggat waktu yang dilanggar.

Pada saat yang sama, Radware juga mengklaim telah mengamati beberapa ISP Eropa yang terkena serangan DNS DDoS sejak pekan lalu.[]