Keamanan Siber Versi Bukalapak: 4 Aman 5 Sempurna

Ilustrasi Bukalapak

Cyberthreat.id - Jika di dunia kesehatan dikenal slogan 4 sehat 5 sempurna, di dunia keamanan siber toko online Bukalapak mengadopsinya menjadi 4 aman 5 sempurna.

CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin mengatakan belanja secara daring menjadi salah satu gaya hidup baru di era new normal di tengah pandemi Covid-19. Namun, hal itu harus dibarengi dengan meningkatkan keamanan bagi penggunanya dalam bertransaksi.

"Selain senantiasa memperkuat sistem cyber security secara menyeluruh untuk memastikan data-data pengguna aman dari penyalahgunaan, kami juga berharap para pengguna dapat bekerjasama dengan kami dengan cara menerapkan upaya pencegahan. Salah satunya lewat protokol 4 Aman 5 Sempurna ini," kata Rachmat, Senin (3 Agustus 2020).

Protokol keamanan 4 aman 5 sempurna mencakup lima tips mudah bagi para penggunanya yaitu: Antisipasi, Menjaga kerahasiaan, Atur ulang password secara berkala, Nyalakan TFA (two factor authentication) dan gunakan aplikasi terbaru serta Hubungi BukaBantuan jika menemukan hal-hal yang mencurigakan saat bertransaksi.

Pada 7 Mei 2020, Bukalapak mengakui adanya peretasan data penggunanya pada tahun lalu. Pengakuan yang terlambar dari Bukalapak dilontarkan menyusul pemberitaan yang menyebut BUkalapak pernah mengalami kebocoran data seperti halnya Tokopedia.

"Sebenarnya ini adalah kejadian yang sudah berlangsung tahun lalu. Jadi tahun lalu, awal tahun lalu, ada leaked (bocor) untuk data lama kami dari tahun 2017," kata Rachmat dalam diskusi daring via Zoom, Rabu (6 Mei 2020).

Pada Maret 2019, hacker Pakistan dengan nama samaran “Gnosticplayers” berhasil meretas puluhan juta basis data dan menjualnya di dark web. Di dalam basis data yang dijual tersebut terdapat 13 juta data akun pengguna dari Bukalapak dan 1,12 juta data akun Youthmanual, situs web pencari informasi pendidikan dan karier di Indonesia.

Rachmat menuturkan, kebocoran data tahun lalu bukanlah dari basis data aktif Bukalapak, tetapi data yang sebenarnya sudah lama, tetapi tidak dihapus.

"[Data itu] kami gunakan untuk suatu kepentingan, tapi tidak dihapus. Jadi data leaked, keluar," jelasnya. (Baca: CEO Bukalapak Akui Kebocoran Data 13 Juta Akun Pengguna Tahun Lalu)

Brigadir Jenderal dari Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri, Slamet Uliandi juga menyatakan hal serupa. Meningkatnya penggunaan berbagai platform digital membuat potensi tindak kejahatan di ruang siber ikut naik.

Slamet menambahkan, selama masa pandemi Covid-19 dan new normal masyarakat dihimbau untuk menjaga jarak. Demikian pula di ranah dunia maya, masyarakat disarankan untuk jaga jarak dari para aktor jahat.

"Penting juga untuk jaga jarak dengan cyber fraudster dan hacker dengan cara mengaktifkan TFA/dua langkah verifikasi pada setiap akun yang dimiliki serta tidak mudah percaya kepada orang lain yang meminta kode OTP dengan berbagai macam kedok," ujar Slamet.

Selain itu, Slamet mengungkapkan bahwa pihaknya telah bekerjasama dengan penyedia platform digital, termasuk Bukalapak untuk melindungi pengguna platform digital. Para pengguna juga dihimbau untuk menerapkan protokol keamanan siber.[]

Editor: Yuswardi A. Suud