Akurasi Alat AI Adobe Terbaru Deteksi Wajah Editan 99 Persen
Berkeley, Cyberthreat.id - Tak pelak lagi video dan gambar palsu yang menyebar melalui ruang-ruang maya telah membuat risau penduduk dunia walau sebagian di antaranya memang sengaja memproduksi untuk kepentingan tertentu.
Kekhawatiran itu juga yang dialami Adobe --sebuah nama yang identik dengan mengedit citra. Itulah sebabnya Adobe kolaborasi dengan para ilmuwan dari UC Berkeley melakukan penelitian yang menggunakan pembelajaran mesin untuk secara otomatis mendeteksi ketika gambar wajah telah dimanipulasi.
Laman The Verge, Sabtu (15 Juni), menuliskan bahwa itu menjadi pertanda terbaru bahwa perusahaan melakukan lebih banyak sumber daya untuk masalah ini. Tahun lalu para insinyurnya menciptakan alat AI yang mendeteksi media yang diedit yang dibuat dengan splicing, kloning, dan menghapus objek.
Adobe mengatakan tidak memiliki rencana segera untuk mengubah karya terbaru ini menjadi produk komersial, tetapi seorang juru bicara mengatakan kepada The Verge bahwa itu hanya salah satu dari banyak "upaya di seluruh Adobe untuk mendeteksi manipulasi gambar, video, audio dan dokumen dengan lebih baik."
"Meskipun kami bangga dengan dampak yang dibuat oleh Photoshop dan alat kreatif Adobe lainnya di dunia, kami juga mengakui implikasi etis dari teknologi kami," kata Adobe dalam posting blog. "Konten palsu adalah masalah serius dan semakin mendesak."
Penelitian ini secara khusus dirancang untuk mengenali pengeditan yang dibuat dengan alat Liquify Photoshop, yang biasanya digunakan untuk menyesuaikan bentuk wajah dan mengubah ekspresi wajah. "Efek fitur ini bisa menjadi rumit yang membuatnya menjadi uji coba yang menarik untuk mendeteksi perubahan drastis dan halus pada wajah," kata Adobe.
Untuk membuat perangkat lunak, para insinyur melatih jaringan saraf pada basis data wajah berpasangan, berisi gambar sebelum dan sesudah diedit menggunakan Liquify.
Algoritma yang dihasilkan sangat efektif. Ketika diminta untuk melihat sampel wajah yang diedit, sukarelawan manusia mendapat jawaban yang tepat 53 persen, sedangkan algoritme benar 99 persen. Alat ini bahkan dapat menyarankan cara mengembalikan foto ke tampilan aslinya yang belum diedit, meskipun hasil ini sering dicampur.
"Gagasan tentang tombol ajaib universal membatalkan untuk mengembalikan suntingan gambar masih jauh dari kenyataan," kata peneliti Adobe Richard Zhang, yang membantu melakukan pekerjaan itu, mengatakan dalam posting blog perusahaan. "Tapi kita hidup di dunia di mana semakin sulit untuk mempercayai informasi digital yang kita konsumsi, dan aku berharap untuk lebih mengeksplorasi bidang penelitian ini."
Para peneliti mengatakan pekerjaan itu adalah yang pertama dari jenisnya yang dirancang untuk melihat jenis pengeditan wajah ini, dan merupakan "langkah penting" menuju pembuatan alat yang dapat mengidentifikasi perubahan kompleks termasuk "manipulasi tubuh dan pengeditan fotometrik seperti perataan kulit."[]