Selalu Jadi Target Hacker, Adobe Matikan ‘Flash Player’ Akhir 2020
Cyberthreat.id – Adobe Inc, perusahaan perangkat lunak asal Amerika Serikat, akan mematikan program Flash Player pada 31 Desember 2020 sehingga tidak ada lagi pembaruan keamanan.
Perusahaan mengumumkan rencana itu di halaman situs web dukungan “Flash Player End-of-Life” (EOL) yang diterbitkan awal Juni lalu.
Dalam pengumuman itu, Adobe meminta pelanggannya mencopot Flash Player dari komputer pada tanggal berakhirnya masa aktif program tersebut.
“Pelanggan tidak boleh menggunakan Flash Player setelah tanggal EOL karena itu tidak akan didukung lagi oleh Adobe,” tulis Adobe seperti dikutip dari ZDNet, diakses Minggu (21 Juni 2020).
Perusahaan tidak hanya berencana menghentikan pembaruan, tetapi juga akan menghapus semua tautan unduhan Flash Player dari situs web mereka.
“Ini akan mencegah pengguna menginstal perangkat lunak versi yang tidak dirawat,” tulis Adobe. Perusahaan khawatir pengguna yang masih memakai aplikasi rentan terhadap serangan siber.
Selain itu, tulis Adobe, konten berbasis Flash juga akan diblokir agar tidak berjalan di Adobe Flash Player setelah tanggal penghentian.
Alasan kuat Adobe untuk mematikan Flash Player karena program ini selalu menjadi target para peretas dan pembuat perangkat lunak jahat (malware).
Flash Player akan digantikan dengan oleh standar terbuka seperti HTML5, WebGL, dan WebAssembly, yang mana kata Adobe, akan berfungsi sebagai alternatif yang layak untuk konten Flash.
Sebelumnya, Adobe mengumumkan akhir masa Flash Player Juli 2017 bersama dengan semua pembuat browser utama, seperti Apple, Google, Microsoft, dan Mozilla. Facebook juga saat itu ikut serta karena platformnya sangat bergantung pada konten berbasis Flash untuk game daringnya.
Sejak pengumuman EOL, Facebook telah meminta pembuat game untuk bermigrasi ke teknologi berbasis HTML5 dan JavaScript dan perusahaan browser juga telah menonaktifkan Flash di browser masing-masing.
Pembuat browser dijadwalkan untuk menghapus kode aktual yang mendukung Flash dari basis kode browser mereka sebelum atau setelah EOL pada akhir 2020 atau awal 2021.
Saat ini, menurut situs survei teknologi web W3Techs, hanya 2,6 persen dari situs web saat ini menggunakan kode Flash; menunjukkan penurunan terus sejak 2011.[]
Redaktur: Andi Nugroho