Geng REvil Bocorkan Data Lady Gaga, Kantor Hukum Artis Tolak Bayar Tebusan
Cyberthreat.id – Grubman Shire Meiselas & Sacks, kantor hukum dan pengacara dari para artis Hollywood, menolak untuk membayar uang tebusan yang diajukan peretas (hacker).
Demikian tulis Rolling Stone mengutip sumber anonimnya di internal kantor pengacara tersebut. Pekan Jumat (8 Mei 2020), Grubman mengumumkan perusahaan telah menjadi korban serangan siber. Peretas mengklaim telah mencuri 756 gigabita data klien milik Grubman.
Grubman terkenal dengan klien papan atas Hollywood, sebut saja Maddonna, Robert Den Niro, Lady Gaga, Priyanka Chopra, dan lain-lain.
Pada 13 Mei, geng peretas “ransomware” REvil alias Sodinokibi meminta uang tebusan US$ 21 juta atau sekitar Rp 313 miliar. Namun, ketika perusahaan justru menyewa ahli keamanan siber, REvil justru membalasnya dengan merilis data sebesar 2,4 GB pada hari berikutnya.
Data yang diungkap ke publik itu milik Lady Gaga, termasuk kontrak kerja, perjanjian promosi, dll. Pengacara Lady Gaga enggan untuk berkomentar.
Berita Terkait:
- Hacker yang Curi Data Selebritas Hollywood Minta Tebusan US$ 21 Juta
- Firma Hukum Diserang REvil, Hacker Ancam Bocorkan Data Selebriti Hollywood
“Tampaknya Grubmans tidak peduli dengan klien mereka. Adalah sebuah kesalahan menyewa perusahaan pemulihan untuk membantu negosiasi,” tulis peretas seperti dilaporkan Rolling Stone, Jumat (15 Mei).
“Seperti yang kami janjikan, kami menerbitkan bagian pertama data karena waktu [pembayaran] telah habis.”
Setelah peretas membocorkan data 2,4 GB, mereka juga mengeluarkan “siaran pers” bahwa, jika tuntutan belum terpenuhi, “Tebusan sekarang menjadi US$ 43 juta”, tulis peretas.
Mereka juga mengklaim memiliki dokumen yang terhubung dengan Presiden Donald Trump. (Baca: Hacker Klaim Kantongi Aib Donald Trump, Minta Rp600 Miliar Uang Tutup Mulut)
Namun, sumber yang dekat dengan perusahaan hukum itu mengonfirmasi kepada Rolling Stone bahwa pihaknya tidak pernah berurusan dengan Trump.
Sebelum kebocoran Kamis lalu, hacker hanya mengungkapkan tiga dokumen yang terkait dengan serangan siber: formulir dengan tanda tangan Christina Aguilera, kontrak terkait dengan tur Madonna, dan perjanjian rahasia dari tur Lizzo.
Situs web Grubman saat ini hanya menampilkan logo firma hukum sejak hari serangan ransomeware, Sabtu lalu.
Pakar keamanan siber dari Emsisoft, Brett Callow, mengatakan, posisi yang dialami Grubman sangatlah dilematis.
Callow mengatakan, serangan ransomware yang terjadi selama ini, termasuk yang menimpa Grubman adalah masalah besar.
Banyak orang, kata dia, tak pernah tahu dan menyadari bahwa, sekelompok penjahat siber mencuri dan mempublikasikan data seperti informasi perbankan, nomor kartu kredit, catatan medis.
Oleh karena itu, Callow mengatakan, sudah seharusnya perusahaan-perusahaan berbuat lebih banyak lagi untuk melindungi data kliennya, data pelanggan mereka, dan mitra bisnisnya.
Berikut tanggapan lengkap dari Grubman Shire Meiselas & Sacks:
Pemilu kita, pemerintah kita, dan informasi pribadi kita sedang diserang oleh penjahat dunia maya asing. Firma hukum tidak kebal dari aktivitas jahat ini.
Terlepas dari investasi besar kami dalam keamanan teknologi tercanggih, para pelaku siber asing telah meretas jaringan kami dan menuntut US$ 42 juta sebagai tebusan.
Kami bekerja secara langsung dengan penegak hukum federal dan terus bekerja sepanjang waktu dengan para pakar terkemuka dunia untuk mengatasi situasi ini.
Bocornya dokumen klien kami adalah serangan tercela dan ilegal oleh para cyberterrorist asing yang mencari nafkah untuk memeras perusahaan-perusahaan AS, entitas pemerintah, penghibur, politisi, dan lainnya yang terkenal.
Sebelumnya, Departemen Pertahanan Amerika Serikat, HBO, Goldman Sachs, serta banyak pemerintah negara bagian dan lokal telah menjadi korban serangan cybercriminal serupa.
Kami telah diberitahu oleh para ahli dan FBI bahwa bernegosiasi dengan atau membayar uang tebusan kepada teroris adalah pelanggaran hukum pidana federal.
Bahkan, ketika tebusan besar telah dibayarkan, para penjahat tetap membocorkan dokumen itu.
Kami berterima kasih kepada klien kami untuk dukungan mereka yang luar biasa dan untuk mengakui bahwa tidak ada yang selamat dari terorisme siber saat ini.
Kami terus mewakili klien kami dengan profesionalisme terbaik yang sesuai dengan status elit mereka, menjalankan kualitas, integritas, dan keunggulan yang menjadikan kami firma hukum hiburan dan media nomor satu di dunia.[]