Korsel Gunakan Aplikasi hingga Smart City Tangani Covid-19
Cyberthreat.id - Korea Selatan menerapkan sistem baru yang terintegrasi dalam menangani pandemi CoronaVirus (Covid-19). Infrastruktur yang digunakan mulai dari menggunakan data seperti rekaman kamera pengintai (CCTV) hingga transaksi kartu kredit pasien CoronaVirus.
Sejak akhir pekan kedua Maret 2020, pemerintah pusat dan daerah di Korea Selatan mengirimkan peringatan secara real time melalui pesan SMS, aplikasi, dan online tentang jumlah kasus Covid-19 yang sudah dikonfirmasi. Informasi yang dikirimkan termasuk riwayat perjalanan dari mereka yang terinfeksi.
Aplikasi 'Karantina Mandiri' yang dikembangkan Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan Korsel memungkinkan mereka yang dikarantina tetap bisa berhubungan dan bersosialisasi terutama untuk tujuan sosial. Aplikasi ini juga menggunakan GPS untuk melacak lokasi para pasien dan memastikan mereka tidak melanggar perintah karantina.
Pejabat setempat mengatakan aplikasi ini tidak wajib dan panggilan telepon tetap menjadi opsi/pilihan.
Pada 11 Februari 2020, Korea Selatan merilis aplikasi Corona 100m (Co100) yang pada 10 hari pertama diunduh oleh jutaan pengguna. Aplikasi ini memperingatkan pengguna ketika mereka berada dalam jarak 100 meter dari lokasi yang dikunjungi oleh orang yang terinfeksi serta tidak memberikan detail alamat.
Dengan menggunakan aplikasi tersebut, pengguna dengan mudah menghindari lokasi yang berpotensi berbahaya tanpa perlu memeriksa riwayat perjalanan mereka yang terinfeksi.
Sementara itu, website CoronaMap yang bernama Coronaita menunjukkan riwayat perjalanan pasien COVID-19 yang dikonfirmasi dan berfungsi 'seperti mesin pencari' untuk informasi tentang daerah yang terkena CoronaVirus. Sayangnya pendekatan ini memicu beberapa kekhawatiran tentang kelebihan informasi dan pelanggaran privasi atau pengawasan terhadap pasien Corona.
Menurut laporan media setempat, informasi yang diberikan tidak mengidentifikasi pasien secara individu, tetapi memberikan jenis kelamin dan rentang usia mereka hingga kemudian menetapkan nomor kasus mereka.
Smart City dan Data Masker
Media Korea Herald melaporkan pemerintah Korea Selatan akan melanjutkan pelacakan lebih jauh, dengan mengoperasikan sistem teknologi Smart City yang bertujuan membantu penyelidik kesehatan untuk secara cepat memeriksa data. Misalnya rekaman CCTV dan transaksi kartu kredit dari pasien Covid-19 yang dikonfirmasi penggunaan Drone untuk pemantauan.
Sebelumnya, para penyelidik Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) harus meminta dan menunggu data seperti rekaman CCTV dan transaksi kartu kredit pasien yang dikonfirmasi dari penyelidik polisi. Proses ini dinilai terlalu ribet dan tidak efektif.
Sistem baru yang dikembangkan bersama oleh Kementerian Sains dan TIK, Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi, dan KCDC, memungkinkan berbagai data tentang pasien COVID-19 yang dikonfirmasi untuk segera dianalisis dan diberikan kepada peneliti kesehatan.
"Ini didasarkan pada program hub data smart city yang saat ini sedang dikembangkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah kota Daegu," tulis Smart Cities World, 13 Maret 2020.
Pemerintah juga membuka data tentang ketersediaan masker dan alat kesehatan di tengah kekurangan dan antrian panjang nasional. Data tentang masker yang dijual melalui saluran publik telah disiapkan dan disediakan oleh Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan, dan perusahaan kecil dan menengah.
Selain itu, Kementerian Ilmu Pengetahuan dan TIK mencatat pentingnya kerja sama publik-swasta untuk mengelola situasi Covid-19. Namun, opsi kerjasama ada tantangan dari raksasa seperti Apple dan Google yang juga mengambil langkah-langkah pencegahan dan penyebaran informasi virus corona melalui aplikasi.
"Ini bisa termasuk (Apple dan Google) menolak aplikasi terkait CoronaVirus yang tidak diajukan oleh pemerintah atau otoritas kesehatan.[]
Redaktur: Arif Rahman