KECERDASAN BUATAN
Fokus ke Cuaca, BPPT Belum Kembangkan AI untuk Virus Corona
Jakarta, Cyberthreat.id - Meski meyakini dapat mengembangkan teknologi berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk mendeteksi mutasi virus corona, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) belum akan mengembangkan hal tu. Sebab, saat ini BPPT masih fokus mengembangkan AI yang salah fungsinya untuk menekan kebakaran hutan dan lahan.
"Saat ini BPPT belum ada kegiatan tentang virus, kami sedang fokus membangun AI untuk modifikasi cuaca yang salah satu manfaatnya dapat mencegah kebakaran hutan dan lahan," kata Kepala BPPT Hamman Riza saat ditemui di acara Data Secure AI di Jakarta, Rabu, 4 Maret 2020.
Meski begitu, Hamman meyakini lembaganya bisa mengembangkan kecerdasan buatan untuk mendeteksi mutasi virus corona asalkan mendapat pasokan data dari lembaga lain yang terkait dengan penelitian virus seperti Litbang Kementerian Kesehatan atau Ejikman, lembaga pemerintah yang bergerak di bidang biomedis, bioteknologi dan biodiversitas.
"Sejauh ini memang kami belum pernah meminta data, harus pakai perjanjian kerjasama baru data bisa di-share," kata Hamman.
Namun begitu, kata Hamman, pihaknya siap berkolaborasi dengan lembaga lain jika memang dibutuhkan.
"Kita belum bisa, tapi tentu saja kalau ada lembaga yang memang domain yang mempelajari virus seperti lembaga Ejikman, atau Litbang Kemenkes, kami siap untuk diajak kolaborasi, sinergi untuk bisa membangun ini." tambah Hammam.
Hammam menjelaskan, dalam mengembangkan sistem kecerdasan buatan, pasokan data adalah hal yang utama. Ia mencontohkan, kebakaran hutan dapat diprediksi berdasarkan kumpulan data riwayat cuaca pada tahun-tahun sebelumnya.
“Contohnya kayak cuaca kalau dimasukkan data-data cuaca dalam kurun waktu 10 tahun mengenai kebakaran hutan dan lahan, Mungkin sistemnya menjadi pintar, sehingga dia akan memprediksi nanti bulan April akan muncul 200 titik api di daerah ini-ini berdasarkan data yang dikumpulkan sebelumnya,” kata Hamman.
Begitu juga dengan sistem AI ramalan cuaca milik Badan Meteorologi, Klimatologi, dann Geofisika (BMKG) yang dibangun berdasarkan data-data masa lalu.
Terkait mutasi virus corona, Hamman mengatakan dapat diprediksi lewat sistem AI karena virus tersebut diyakini merupakan hasil mutasi dari virus sebelumnya.
"Yang saya yakin virus corona ini dia bermutasi, ini kita sudah [bisa] perkirakan [mutasinya ke depan]. Kalau saat ini, corona sekarang ini hasil mutasi dari mungkin yang sebelumnya ada flu, SARS, MERS, dan lain-lain." kata Hammam.
Seperti diketahui, bermula dari Provins Hubbei di China, virus corona telah menjalar berbagai belahan dunia lain sejak akhir Desember 2019. Situs web pelacak penyebaran corona buatan Johns Hopkins University mencatat, hingga Kamis pagi (5 Maret 2020), virus corona telah menjalar ke 77 negara dan menginfeksi 93.164 orang, 3.199 orang meninggal dunia.
Kasus terbanyak tercatat di China daratan sejumlah 80.422 kasus. Disusul Korea Selatan yang berjumlah 5.328 kasus, Italia 2.502 kasus, dan Iran 2.336 kasus. Ada pun negara-negara lain jumlahnya masih di bawah 1.000 kasus. Sedangkan Indonesia, sejauh ini, ada dua kasus yang terkonfirmasi.[]
Editor: Yuswardi A. Suud