Studi F5: 86 Persen Responden Sebut Security Masalah Besar

Senior Manager System Engineering F5 Indonesia, Andre Iswanto

Jakarta, Cyberthreat.id - Studi terbaru F5 Networks menyatakan sebanyak 82 persen perusahaan di kawasan Asia Pasifik (APAC) sudah melakukan transformasi digital. Studi bertajuk State of Application Services Report 2020 menyimpulkan digitalisasi dan konektivitas yang tinggi turut mentransformasi berbagai ancaman keamanan (security) maupun serangan.

"Hampir setiap hari saya masih mendengar adanya attack (serangan)," kata Andre Iswanto, Senior Manager System Engineering F5 Indonesia, saat memaparkan hasil studinya di Jakarta, Rabu (4 Maret 2020).

Studi yang dilakukan F5 melibatkan sekitar 2.600 responden di seluruh dunia dengan 1.300 responden dari Asia Pasifik dengan berbagai industri, ukuran perusahaan serta peran yang cukup mewakili perusahaan secara global, termasuk regional Asia Pasifik.

Sebanyak 86 persen responden di wilayah APAC sepakat menyatakan tantangan terbesar adalah security selama melakukan transformasi digital secara terus menerus. Ini menjadi masalah besar terutama perusahaan yang menerapkan teknologi multi-cloud, implementasi aplikasi, adopsi micro services dan lainnya.

"Data kami mengatakan sebanyak 86 persen serangan pada perusahaan terjadi karena dua hal yaitu compromised user identity dan vulnerability pada teknologi yang diadopsi oleh perusahaan," ujar Andre.

Perusahaan yang gagal dalam menerjemahkan security bisa menemui kegagalan dalam bisnis maupun operasional. Sedangkan transformasi digital adalah keniscayaan jika ingin bertahan dalam menghadapi tuntutan pasar, memperbaiki pengalaman pengguna (user experience), serta mendapatkan omset yang lebih besar.

"Sekarang banyak peretas ingin mencuri kredensial karyawan atau petinggi pada suatu perusahaan. Kasus ini dinamakan compromised user identity. Artinya, username dan password kita diambil sehingga mereka (hacker) dapat mencuri data atau melakukan transaksi finansial yang merugikan sebuah perusahaan."

"Kemudian vulnerability atau celah keamanan yang tidak dijaga oleh perusahaan, salah satunya dari sisi aplikasinya. Perusahaan ingin IT-nya cepat agar dapat menghadapi masalah bisnis. Ini yang membuat persoalan security kurang diperhatikan."

Untuk persoalan kualitas SDM, studi F5 menyatakan edukasi dan literasi cybersecurity terhadap staf/karyawan menjadi suatu hal yang wajib. SDM bisa menjadi celah yang sangat terbuka lebar walaupun sisi teknis dari sebuah sistem memiliki daya tahan luar biasa.

"Studi kami mengatakan sudah saatnya perusahaannya memprioritaskan cybersecurity untuk karyawan. Edukasi dan literasi sangat penting saat melakukan transformasi digital yang terus menerus," ujarnya.

Dalam kesempatan itu F5 Networks memperkenalkan sejumlah layanan security-nya yang memiliki spesialisasi dalam aplikasi dan jaringan pengiriman aplikasi. Teknologi F5 dikenal fokus pada pengiriman, keamanan, kinerja, dan ketersediaan aplikasi web, termasuk ketersediaan komputasi, penyimpanan, dan sumber daya jaringan. []

Redaktur: Arif Rahman