Teknologi AI Alibaba Klaim 96 Persen Bisa Deteksi Corona

Ilustrasi

Jakarta, Cyberthreat.id - Raksasa teknologi China, Alibaba, tengah mengembangkan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan guna mendeteksi dan mendiagnosis Covid-19 alias virus corona.

Melansir TheNextWeb, Selasa (3 Maret 2020), Alibaba mengklaim sistem barunya dapat mendeteksi virus corona melalui pemindaian tomografi terkomputerisasi atau yang biasa disebut CT scan pada bagian dada pasien. Teknologi itu diklaim akurasinya mencapai 96 persen dalam membedakan kasus pneumonia virus biasa dengan pneumonia virus corona. Sebagai informasi, virus corona dapat menyebabkan pneumonia atau infeksi yang menimbulkan peradangan paru-paru.

Algoritma diagnosis dalam AI itu, dikembangkan oleh lembaga penelitian Alibaba Damo Academy. Para peniliti di akademi menyebutkan mereka telah melatih model AI-nya dengan data sampel lebih dari 5.000 kasus virus corona dan telah diuji di rumah sakit di seluruh China.

Dengan algoritma itu, Alibaba juga mengklaim hanya butuh waktu 20 detik bagi AI untuk menyimpulkan apakah seseorang terinfeksi virus corona atau tidak. Biasanya, dokter butuh waktu sekitar 15 menit untuk mendiagnosis pasiennya melalui CT scan.

Menurut laporan  Nikkei's Asian Review, teknologi AI ini setidaknya telah diadopsi di lebih dari 100 rumah sakit di provinsi, Hubei, Guangdong dan Anhui.

Sebelumnya, dua raksasa perusahaan yang berfokus pada AI, Megvii dan Baidu telah mengembangkan sistem pemindaian suhu tubuh berbasis kecerdasan buatan. Alat pemindaian itu dapat mendeteksi suhu tubuh dan mengirimkan peringatan kepada pekerja perusahaan jika suhu tubuh seseorang tinggi hingga demam.

Teknologi kecerdasan buatan memiliki peran yang cukup penting ketika wabah virus corona menjadi persolan secara global. Sebagai contoh, akan sulit bagi petugas kesehatan memeriksa masyarakatnya secara massal. Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi AI dengan tingkat akurasi yang tinggi dan bisa menghemat waktu dalam mendeteksi seseorang yang diduga terinfeksi corona.[]

Editor: Yuswardi A. Suud