Disinformasi dan Hoaks Virus Corona Sudah Diprediksi
Cyberthreat.id - Disinformasi dan hoaks mengenai wabah virus Corona sebenarnya telah diprediksi bakal merebak ke berbagai negara. Jai Vijayan, editor senior Computerworld, dalam tulisan terbarunya yang dimuat Dark Reading menyatakan aktivitas menyebarluaskan disinformasi sudah diambil oleh banyak aktor jahat untuk mengambil keuntungan.
"Platform media sosial telah memudahkan aktor jahat untuk menabur kebingungan dan secara luas merusak kepercayaan publik selama krisis kesehatan atau keadaan darurat nasional lainnya," tulis Jai, Senin (2 Maret 2020).
Awalnya, kata Jai, banyak serangan Phishing yang dilancarkan para penjahat cyber. Serangan ini diprediksi bakal memberi muatan malware guna mengambil keuntungan dari minat dan fokus masyarakat di seputar topik ini.
Vektor serangan kemudian meluas ke platform media sosial dengan kemunculan banyak desas-desus dan disinformasi seputar wabah yang sifatnya masif menyebar melalui Facebook, Twitter, dan platform lain dalam beberapa pekan terakhir.
"Yang paling ganas diantaranya termasuk desas-desus tentang virus yang sebenarnya menjadi senjata biologis dan jumlah kematian mencapai puluhan bahkan ratusan ribu di seluruh dunia," ujarnya.
Rumor itu kemudian berpengaruh terhadap bisnis dan ekonomi. Sebagai contoh, Jai menyatakan di Amerika Serikat (AS) saat ini sudah mulai ada beberapa spekulasi bahwa rumor virus Corona menyebabkan penurunan hampir 1.000 poin di Dow Jones Industrial Average pada 24 Februari.
Blackbird.AI, sebuah perusahaan yang fokus melawan hoaks dan disinformasi menggunakan AI, Machine Learning, dan Deep Learning, menyatakan para aktor jahat sudah lama aktif melakukan manipulasi dan memanfaatkan krisis kesehatan global termasuk virus Corona.
"Memobilisasi dengan tujuan menyebarkan ketakutan dan kepanikan di media sosial," tulis Blackbird.AI dalam sebuah laporan Februari 2020.
Analisis Blackbird.AI terhadap hampir 7 juta tweet terhadap lebih dari 2,6 pengguna antara 2 Februari dan 14 Februari menemukan sekitar 2,7 juta konten atau postingan bersifat manipulatif.
Menurut Blackbird.AI, kampanye yang sedang berlangsung di sekitar Coronavirus termasuk yang bertujuan mengeksploitasi kepercayaan agama, menyebarkan disinformasi kesehatan, menumbuhkan xenophobia, dan menyebarkan ketakutan.
Sementara ketakutan kesehatan sebelumnya seperti SARS dan Flu Babi telah menghasilkan disinformasi karena "ekosistem informasi sekarang sangat siap untuk menghasilkan banyak kebohongan online dan disinformasi".
Situasi telah mendorong Organisasi Kesehatan Dunia untuk mendirikan EPI-WIN, sebuah website untuk melawan apa yang disebutnya "infodemik" - atau kampanye yang menyebarkan informasi yang salah dan disinformasi selama keadaan darurat kesehatan.
Contoh lain baru-baru ini tentang aktivitas aktor jahat menyebarkan disinformasi adalah kebakaran hutan besar-besaran di Australia. Orang-orang yang mencoba meremehkan peran perubahan iklim menggunakan media sosial untuk menyebarkan narasi palsu tentang kebakaran yang disebabkan oleh pelaku pembakaran.