China Kembangkan Pengenal Wajah yang Tertutup Masker
Cyberthreat.id - Epidemi virus corona membuat orang-orang di China keluar rumah dengan menggunakan masker. Hal itu menyulitkan untuk mendekteksi mereka dan bisa mengelabui teknologi pengenalan wajah. Itu sebabnya, sejumlah perusahaan China kini sedang mengembangkan pengenalan wajah yang bisa mengenali seseorang meskipun memakai masker.
Dikutip dari Abacus, salah satu perusahaan yang telah meluncurkan teknologi itu baru-baru ini adalah SenseTime. Perusahaan ini mengklaim teknologi mereka tak hanya bisa mengenali pengguna masker, tetapi juga mereka yang memakai syal dan janggut palsu.
Teknologi ini adalah pengembangan dari temuan peneliti dari Universitas Stanford Amarjot Singh dan timnya. Pada 2017 lalu, Singh melakukan penelitian untuk mengenali wajah yang disamarkan. Alogaritma mereka berhasil bikin terobosan karena berhasil mengenali orang yang memakai kacamata, jenggot palsu, syal, dan topi keras.
“Pengenalan wajah mengidentifikasi seseorang dengan menempatkan beberapa titik kunci pada wajah dan menghubungkannya bersama untuk membentuk ciri khusus seseorang yang unik,” kata Singh.
Titik-titik penting dari teknologi pengenalan wajah berada di sekitar mata, hidung dan bibir. Tetapi sistem pengenalan wajah yang dikembangkan oleh Singh dan lainnya mampu mengenali orang-orang menggunakan masker dengan mendapatkan poin-poin kunci yang cukup hanya dari mata dan hidung.
"Meskipun itu akan kurang akurat, percobaan dan pemngembangan masih bisa dilakukan," kata Singh.
Ketika temuan ini diluncurkan, tim Singh menggambarkan identifikasi wajah tersamar sebagai hal yang sangat menantang. Jaringan mereka dilatih untuk mendeteksi 14 poin utama pada foto, tetapi akurasi akan turun tergantung pada penyamaran dan kompleksitas latar belakang di belakang individu.
Sejak 2017 lalu, penelitian lebih lanjut telah dilakukan untuk meningkatkan pengenalan wajah dengan masker dan tampaknya banyak yang sekarang berusaha mengomersialkannya.
SenseTime, yang mengumumkan peluncuran teknologi pengenalan wajahnya dengan masker minggu lalu, menjelaskan bahwa algoritmenya dirancang untuk membaca 240 poin kunci fitur wajah di sekitar mata, mulut dan hidung. Teknologi baru ini dapat membuat kecocokan menggunakan hanya bagian-bagian wajah yang terlihat.
Kepala pemasaran perusahaan pengenalan wajah Qingfei Technologies, Yufei Wei, mengatakan secara umum, semakin banyak poin kunci yang dapat dimasukkan oleh algoritma, semakin baik hasilnya. Tetapi ada juga faktor-faktor lain yang terlibat. Sistem pengenalan wajah tidak selalu membutuhkan lebih banyak data - tetapi itu memang membutuhkan data yang lebih akurat.
"Akan ada desain algoritma yang lebih spesifik untuk mengenali dan mencocokkan database khusus," kata Wei.
Para peneliti dari University of Bradford, yang dipimpin oleh profesor Hassan Ugail, meningkatkan model pengenalan wajah mereka untuk mengenali gambar yang menampilkan sebagian wajah. Hasilnya, 90% bisa dikenali.
Trik serupa juga diterapkan oleh perusahaan pengenal wajah asal China lainnya yang mengklaim saat ini teknologi pengenalan wajah milik mereka sudah dikembangbangkan dan bisa mengenali orang-orang yang memakai masker.
Sementara itu, Minivision yang berbasis di Nanjing meluncurkan kampanye pengumpulan data darurat untuk pengenalan wajah. Manajemen memobilisasi karyawan dan kerabat untuk mengumpulkan dataset skala kecil dalam dua hari. Informasi kunci yang direkam sistem pada wajah bermasker adalah mata.
Presiden lembaga riset AI Minivision, Hu Jianguo mengatakan sistem semacam ini masih memiliki keterbatasan. Ia menjelaskan dalam sebuah wawancara dengan Synced edisi China bahwa memperluas sistem ini ke sekelompok orang yang lebih luas akan sulit. Ketika populasi mencapai skala tertentu, sistem kemungkinan akan bertemu orang dengan mata yang sama.
Sebagian besar sistem pengenalan wajah komersial yang dapat mengidentifikasi wajah dengan masker tampaknya terbatas pada skala kecil dan masih akan terus dikembangkan.[]
Editor: Yuswardi A. Suud